Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

5 Hal yang Menggelitik dari Film Tilik

Trending topic di Twitter memang luar biasa,ya! Ada dua nama perempuan yang bertengger di sana. Sebut saja namanya Zara dan Bu Tejo. Masing-masing dengan 'video'nya sendiri. 

Gue gak mau bahas video nama yang pertama. Kali ini marilah kita berkenalan dengan Bu Tejo, karakter pemeran utama dari sebuah film pendek berjudul 'Tilik'. 




5 Hal yang Menggelitik dari Film Tilik 

Film ini sebenarnya adalah sebuah film yang dibuat tahun 2018. Sempat memenangkan sebuah ajang penghargaan film. Entah kenapa baru diupload di You Tube pada tahun ini dan dengan cepat menjadi viral. Yuk, kita tilik apa aja yang menggelitik dari film Tilik

1. Cerita Sehari-Hari 

Ceritanya sebenarnya sederhana. Sekumpulan ibu ibu desa asal Bantul  menuju rumah sakit di Jogja untuk menengok (Tilik) Bu Lurah. Ibu ibu ini terdiri dari Bu Tejo, Yu Ning, Yu Tri dan beberapa ibu-ibu lainnya. Mereka berangkat menggunakan truk yang dikemudikan oleh mas GoTrek. 


Sumber : Trailer Film Tilik Ravacana Films


Sepanjang perjalanan, bu ibu ini mulai ngobrol. Biasanya yang terjadi buntut-buntutnya salah satu dari bu ibu ini pasti menyebar 'berita hangat'. Inilah yang dilakukan oleh Bu Tejo. 

Subjek pembicaraannya (bukan gosip loh, Bu Tejo gak mau mengakui hal itu) adalah seorang wanita karir yang masih lajang di desa mereka. Dian, namanya. 

Menurut Bu Tejo, Dian ini 'mencurigakan.' Belum berapa lama kerja, sudah bisa beli ini itu. Sepanjang perjalanan dari desa mereka di kabupaten Bantul hingga ke Jogjakarta, mulut Bu Tejo sangat 'lentur' menyerang Dian. 


Sumber : Ravacana IG 


Obrolan buibu ini makin seru karena tidak semua mendukung asumsi Bu Tejo. Adalah Yu Ning yang sangat menolak pembentukan opini tentang Dian oleh Bu Tejo. 

Adu mulut pun tak terhindari. Disinilah keseruan film pendek ini semakin menjadi. 

2. Ada Apa Dengan Bu Tejo? 

Ini bukan judul sequel dari film Tilik ya! Meskipun memang pertanyaan ini cukup menggeligitik. Ada apa dengan Bu Tejo? Mengapa dia bisa sangat viral hingga meme dan stikernya di mana-mana? 

Mengapa orang yang kelihatannya begitu nyebelin malah diam-diam disukai dan film Tilik pun ditonton beramai-ramai. 

Padahal filmnya berbahasa Jawa, tetapi yang nonton se-Indonesia raya. Sungguh pemersatu bangsa sekali ya Bu Tejo ini. 




Memang ada yang menarik dari karakter Bu Tejo ini. Sebenarnya orang dengan tipikal Bu Tejo dalam kehidupan sehari-hari kita banyak. Mulut yang lentur, bergosip dengan sangat elegan. Gue aja kagum loh dengan kemampuan berkomunikasi Bu Tejo ini. 

Ibarat buzzer, Bu Tejo ini pintar banget mengarahkan opini tanpa audience nya tahu sebenarnya sedang dibentuk opininya. Luwes dan tampak tidak terganggu jika ada yang tidak setuju dengan pendapatnya. Tetapi ketika diserang balik, dia bisa lebih ngegas dibanding yang menyerang. 

Adu mulut Bu Tejo dan Yu Ning

Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya juga banyak kan yang seperti itu? 

3. Karakter di Film Tilik Sebenarnya adalah Kita 

Sebenarnya tidak hanya Bu Tejo. Karakter seperti Yu Ning yang kritis dan tidak mudah percaya rumor sebelum terpampang nyata di depan mata juga menarik. 

Pada kehidupan sehari-hari, karakter seperti Yu Ning ini adalah orang yang melihat segala sesuatu itu positip. Pokoknya bela terus, jangan sampai kendor. 




Karakter Bu Tejo, Yu Ning, Yu Tri, Yu Sam ini terasa tidak asing bagi kita. Ngaku deh buibu kompleks atau jeng jeng sosialita yang demen arisan, dalam kelompok kalian ada toh yang seperti ini? 

Belum lagi yang demen ngesosmed. Team julid vs team pembela juga ada. Masih ingat kasus Zara Adisty yang juga viral hanya selang sehari sebelumnya? 




Gak sedikit yang menyerang Zara seperti Bu Tejo. Gak kurang juga yang membela layaknya Yu Ning. Akhirnya muncul deh cuitan "Keadilan sosial bagi paras jelita". 

4. Detail dan Ending yang Menarik 

Tidak bisa dipungkiri film ini memang menarik. Dari ceritanya yang mengangkat kearifan lokal yang mana warga desa menjenguk sesama warga yang sakit. Kemudian diselipkan 'kebiasaan-kebiasan' yang lebih umum dilakukan orang. 

Muntah saat bepergian dengan kendaraan, misalnya. Banyak ngomong tapi pas diminta turun tangan kerja malah diam aja, ada juga kan? 




Bahasa yang digunakan pun adalah asli bahasa daerah. Pemainnya yang benar-benar orang Jawa, bukan aktor yang memedok medokin pengucapannya. 

Oiya satu lagi, endingnya yang tak terduga! Persis drama Korea saja. Jika drama Korea punya Reply 1988, maka bu ibu di film Tilik ini adalah bu ibu di gang Ssangmundong. 

5. Jangan Remehkan The Power of Emak Emak 

Meski banyak yang memuji film Tilik ini, ada juga yang menganggap film ini memberi pesan moral yang salah. Ada yang khawatir bahwa bisa jadi penonton mengambil kesimpulan bahwa menyebarkan rumor itu gak masalah kok. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa film adalah media propaganda yang baik. Entah itu mempropagandakan kebaikan atau keburukan. Tetapi itu balik lagi kepada si penonton. 




Film Tilik memperlihatkan dua hal tersebut. Termasuk juga sisi abu-abu dalam kehidupan ini. Meski memang apa yang dilakukan Bu Tejo menghibahi Dian itu salah. Namun gak selamanya membela mati-matiin seperti Yu Ning itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan. 

Check and recheck fakta agar tidak mudah termakan hoax itu penting. Tetapi jangan lupa, selalu ada kemungkinan-kemungkinan. Hal yang kemudian bisa menjadi pertimbangan agar tidak membela membabi buta. Apalagi sampai salah waktu menjenguk, misalnya. 

Yu Sam dan Yu Tri

Belajarlah pada Yu Sam yang netral, tidak memihak meskipun kelihatannya hanya agar tidak dimusuhin orang segrup. Ambil pelajaran dari Yu Tri, jelas kepada siapa harus memihak. 

Yu Ning juga bisa dijadikan contoh agar jangan buru-buru mengambil keputusan. Gak nanya-nanya, sudah memutuskan ngajak orang sekampung untuk menjenguk Bu Lurah. 

Bu Tejo pun tidak sepenuhnya menjadi musuh masyarakat di sini. Dia punya sisi baik, dia tidak menyalahkan orang lain bahkan ketika orang itu benaran salah. 




Disaat Yu Ning salah informasi yang mengakibatkan mereka datang jauh-jauh tapi tidak bisa menengok Bu Lurah karena masih di ICU, Bu Tejo santai aja tuh! 

Gak nyalahin Yu Ning. Dia malah menyarankan belanja ke Pasar Beringharjo. Saran yang kemudian disambut gembira oleh buibu. Bu Tejo benar-benar pemersatu bangsa! 
Dadi wong ki yo sing solutip - Bu Tejo, 2018 

Belajar juga dari Ibu Ibu ini, bahwa sehebat apapun kita berantem dan berbeda pendapat, kita harus kompak! Apalagi pas ditilang maupun mendorong truk yang mogok.  Jangan ragukan The Power of Emak Emak. 

Anyway, selain para pemeran utama, gue sangat mengapresiasi para bu ibu extras. Kalian luar biasa, Mak! 

Kesimpulan : 

Akhirnya gue cuma bisa bilang, akhirnya ada lagi film Indonesia yang pantas untuk dibicarakan. Semoga sinetron Indonesia bisa belajar dari film pendek ini. Bahwa hal sederhana dan gak lebay bisa jadi tontonan yang menarik, asalkan digarap dengan serius. 

Jangan lupa! Bu Tejo, Yu Ning, Bu Tri, Yu Sam, Buibu yang muntah di truk, Buibu yang nge Insta Story saat protes ditilang bahkan mungkin Dian, mereka itu adalah kita. 

Menurut kamu? 

Komentar