Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

Destination Nowhere - Pasar Bolu Rantepao Toraja, Bukan Pasar Biasa

Toraja yang terletak di Sulawesi Selatan identik dengan acara adat penguburan atau kuburan di atas gunung bebatuan. Ternyata Toraja menyimpan satu spot unik yang sayang untuk dilewatkan. Jika anda berkesempatan untuk mengunjungi Toraja di waktu yang tepat, jangan lupa berkunjung ke Pasar Bolu. 


Pasar Bolu Rantepao Toraja, Bukan Pasar Biasa


Begitulah nama tempat itu di sebut. Tempat ini memang pasar, ajang jual beli antara pedagang dan pembeli, tapi jangan berharap menemukan kue Bolu disini. Pasar yang terletak diatas lahan sekitar 2,5 hektar berlokasi di Lembang ( Desa) Kolla, Kecamatan Tondun Kabupaten Toraja Utara ini jualannya Kerbau dan Babi. Pasar tradisional ini di gelar setiap enam hari  sekali. Hari pasar ini merupakan hasil perhitungan leluhur masyarakat Toraja sejak ratusan tahun lalu. Beruntungnya saya karena bisa menyaksikan transaksi yang bisa menghasilkan uang milyaran rupiah ini jika musim pesta adat.




Tedong Bonga Sori
Bagaimana tidak, komoditi utama pasar ini adalah Kerbau dan Babi yang biasanya di pergunakan di acara-acara adat Toraja ini tidaklah murah. Harga seekor Babi saja bisa mencapai 1,5 juta rupiah seekor. Sedangkan harga Kerbau berkisar antara lima juta hingga 100 juta rupiah tergantung dari jenisnya. 

Disini bulu menentukan harga. Tedong Bonga Saleko, Kerbau yang berwarna belang putih hitam di sekujur tubuhnya  dihargai paling mahal sekitar 100 juta rupiah. Ada juga Tedong Bonga Sori, Kerbau dengan warna putih belang pada bagian mukanya tidak semahal Tedong Bonga Saleko. Kerbau hitam atau yang di sebut Tedong Pu'du harga paling murahnya saja berkisar 10-15 juta. Tedong Todi hanya berbintik putih pada dahinya dan Tedong Sambao yang  seluruh tubuhnya berbulu entah kemerah-merahan saja, atau keputih-putihan atau kehitam-hitaman. Untuk dua jenis Kerbau terakhir harganya tidak begitu mahal dibanding tiga lainnya. Tapi tetap saja bisa menguras kantong. Hitung saja berapa ratus juta yang harus keluar jika satu pesta adat membutuhkan tidak hanya satu tapi puluhan ekor Kerbau dan Babi. Di bandingkan showroom mobil, Pasar ini boleh becek dan bau. Tapi harganya bisa mengalahkan harga mobil,jek!

Mungkin karena itulah para lelaki penjual ternak ini pun tidak seagresif pedagang-pedagang pasar biasa. Mereka tidak menjajakan ternaknya dengan memanggil-manggil pembeli. "Boleh, Kak... " gak bakal kedengaran disini. Dengan santainya sambil menunggu pembeli  mereka menyuapi Kerbaunya dengan rumput, menggosok badan Kerbau bahkan ngobrol santai sambil merokok dengan pemilik ternak lainnya. Jika ada yang berminat membeli barulah mereka ngobrol santai tawar menawar. 


Mereka saling tahu, menjual kerbau dengan harga puluhan juta begini gak mudah. Toh jika pun tidak laku hari ini, masih ada kesempatan di hari lain.Saat musim pesta adat tiba di pertengahan tahun atau saat program Lovely December itulah dimana Kerbau-kerbau ini naik daun. Transaksinya pun bisa mencapai milyaran rupiah.
Menunggu Pembeli 
Pasar Bolu juga memiliki sisi lain. Menelusuri Pasar Bolu lebih ke dalam lagi tidak hanya Kerbau tapi juga ada sekumpulan Babi dalam kandang. Mau yang masih muda,langsing hingga gemuk berisi ada disini. Tinggal pilih, tawar harga dan angkut. Truk yang berisi beberapa babi atau kerbau yang lewat tak hentinya berseliweran. Tak jarang ada pula pembeli yang menggotong sendiri babi yang di belinya dengan menggunakan bambu. Pasar ini hiruk pikuk dengan segala kegiatannya.

Mr&Mrs. Bule dan Tour Guidenya
Saat Matahari semakin tinggi saya memutuskan untuk menepi  di salah satu   warung makan khas Toraja disana. Saya masuk  untuk duduk dan melihat situasi pasar dari sudut pandang yang berbeda. Pemilik warungpun tidak berkeberatan saya hanya duduk disana tanpa memesan apapun. Dia pasti mengerti, mengingat masakan Toraja banyak menggunakan daging Babi, dari penampakan saya yang berjilbab ini tak mungkin saya berniat mencicipi. Beberapa penjual dan pengunjung pasar duduk  sambil ngopi atau makan siang pun asik mengobrol. Walaupun tidak mengerti apa yang mereka bicarakan karena saya tidak faham bahasa Toraja, tapi asik juga memperhatikan mereka. 

Disebelah warung tampak seorang ibu penjual tali leher Kerbau yang sedang menjalin. Di belakangnya sekumpulan bapak-bapak yang sedang mengasah parang dengan mesin yang suaranya membuat telinga saya agak nyit-nyit. Tapi deritan besi beradu dengan gerinda yang  mengiringi hingar bingar pasar dan  aroma khas  Kerbau dan Babi yang "semerbak" menggelitik hidung, membuat pasar yang diklaim sebagai pasar ternak satu-satunya di dunia yang memperdagangkan Kerbau dan Babi dengan harga yang fantastis semakin unik. Tak heran banyak juga turis dalam dan luar negeri yang berkunjung ke sini dengan karakteristik mereka masing-masing. 

Para turis mancanegara banyak yang melenggang santai tanpa ragu masuk ke tengah-tengah gerombolan  Kerbau, berinteraksi dengan para pedagang melalui tour guidenya atau sesekali memotret ternak dan aktivitas pasar memakai camera digital biasa. Sedangkan turis dalam negeri datang dengan camera DSLR canggih, sedikit berinteraksi dengan penduduk setempat tapi  sibuk foto-foto dengan ternak. Entahlah..Mungkin untuk foto profil Facebook mereka. "Hey, gue foto ama Kerbau dong... " gitu kali.


Paling Indonesia ? 
Apapun itu, traveling adalah tentang melihat,merasakan,memahami dan menemukan sesuatu di tempat yang di kunjungi. Saya yang sudah dua kali ke Toraja pun menemukan hal yang berbeda dari ketika saya berkunjung sebelumnya. Tanpa pengharapan berlebih, hanya menikmati apa yang tersaji. Ternyata saya tak perlu ke luar negeri demi menemukan sesuatu yang menarik. Dimana lagi bisa lihat kerbau-kerbau unyu-unyu dan babi-babi seksi mejeng menunggu pembeli. Pasar Bolu Rantepao Toraja, memang bukan pasar biasa

Komentar

  1. kalo di sini babinya malah sampai masuk supermaket2 besar, yg sudah dikuliti tapinya..kalo mendekati natal n tahun baru, tidak hanya di pasar, di pinggir jalan pun dijajakan babi, anjing, dan binatang non halal lainnya

    BalasHapus
  2. Di supermarket babinya sdh "tewas".. di pasar Babi masih "ngak ngiik ngook".. hehehe lebih seru mana?

    BalasHapus
  3. wah, blom pernah ke pasar yang isinya kayak gitu, hehe,, menarik juga spertinya :D

    BalasHapus
  4. Jadi inget pas di jap, babi2 mainnya di kali, nyari makan hehehe

    BalasHapus
  5. Kebayang deh kalau mereka jualan kerbau dan babinya sambil bilang "boleh kakak..." "Silakan kakak..." ahahahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahaahahaha... "keluaran baru nih kak.." haduh untung ya yg jualan bapak2 kalem aja.

      Hapus
  6. Gilee seratus jutee ngalahin harga mobil yaa, mantapp...penjualnya bapak-bapak bersarung tapi transaksinya bisa milyaran, joss tenan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Don't judge the salesman by his wardrobe kan yah jadinya :D

      Hapus
  7. Hehehee... ngakak baca komennya Tian.

    Aduh, mba Vit. Aku jadi ikut ngebayangin aromanya gitu lho, 7 rupa banget kayanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yahh gitu deh, tapi jangan tutup hidup aja ya mbak. Menjaga perasaan aja..

      Hapus
  8. Mba... ga takut di sosor mba kalo deket2 hehehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.