Setelah sebulan mutasi di Mamuju, di akhir bulan April saya
ditugaskan ke Jakarta demi menempuh diklat Pengadaan Barang dan Jasa yang
diselenggarakan oleh LKPP sekaligus ngambil ujian sertifikasinya. Excited? Yes!
Entah kenapa saya suka sekali dengan belajar entah itu namanya kuliah, diklat
atau sekedar workshop. 'Jeleknya' lagi, saya suka banget ujian. It's like
challenging myself of how good I am to comprehend the study. Weird, isn't
it?
Baca juga : Hello, Mamuju!
So, ketika akhirnya saya didaftarkan untuk mengikuti diklat
sekaligus ujian sertifikasi ini, I was super excited. Yes, I was a little bit
worry whether I can pass the exam, secara sudah sangat sangat bukan rahasia
lagi kalau ujian sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah itu
susaaaahhh banget lulusnya. There's just a little chance that first time taker
like me can pass the exam. It's possible though, but it's rarely happen.
Terkadang harus ikut ujian dua tiga kali (bahkan denger-denger ada yang sampai
tujuh kali) baru akhirnya lulus. Wow! Segitunya...
Belum lagi ‘beban’ harus lulus secara di kantor saya yang
baru ini belum ada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dan PP ( Pejabat Pengadaan). Untuk
jadi PPK atau PP harus lulus ujian sertifikasi PBJP tingkat dasar. Nantinya PPK
atau PP ini harus tersertifikasi kompetisi paling lambat 2023. Jika tidak, gak
bisa jadi PPK atau PP lagi. Untuk ikut bersertifikasi kompetisi, harus lulus
ujian sertifikasi tingkat dasar dulu nih.
Anyway, jika kamu belum tahu apa sih sebenarnya sertifikasi
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan mengapa itu menjadi penting di
pemerintahan, let me tell you the brief. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) adalah kegiatan
pengadaan barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai
oleh APBN/APBD, pinjaman dalam negeri dan luar negeri serta hibah.
Tujuannya untuk mendukung kegiatan pemerintah dalam
operasi sehari-hari sekaligus juga investasi. Selain itu PBJP ini dilaksanakan
untuk menyediakan layanan masyarakat (publik) baik yang bersifat strategis,
taktis dan operasioanl. Contoh paling gampang deh yang bisa kita lihat di mana
aja : Pembangunan fasilitas jalan dan jembatan, pembangunan sarana pendidikan,
penyediaan layanan kesehatan, penjagaan keamanan masyarakat dan sebagainya.
Di luar itu, di masing-masing K/L/PD tentu membutuhkan
infrastruktur dan sarana untuk mendukung kinerja pegawai demi pelayanan kepada
publik. Misalnya pengadaan gedung, ruang kerja, toilet, perangkat komputer,
kursi meja kerja, lemari cabinet, mesin antrian, brankas sampai ATK asalkan dananya
berasal dari APBN/APBD/pinjaman DL&LN/hibah, termasuk dalam PBJP. Pokoknya
segala pembelian barang, jasa dan pekerjaan yang berkaitan dengan pemerintah
untuk kemaslahatan publik, deh!
Lalu kenapa juga PBJP itu harus diatur? Kenapa orang-orang
yang bertanggungjawab dalam PBJP itu harus tersertifikasi? Kalau belanja mah
belanja aja kan ya? Ibu-ibu di rumah keknya gak perlu ikut diklat apalagi
dimintai keterangan lulus sertifikasi sama calon mertua sebelum menikah. Rumah
tangga juga kan punya Pengadaan Barang dan Jasa juga kan yee.. ?
*Iye kali, Vit.. *
Kalau kata mentor aku nih, PBJP ini perlu diatur karena
semakin hari semakin kompleks dan nilainya semakin membesar tiap tahun. Kondisi
pasar dan lingkungan bisnis juga berkembang pesat, sangat berbeda dengan
kondisi lima atau sepuluh tahun lalu. Indonesia kan harus makin maju, yes?
Makanya untuk menjawab tantangan tersebut pengadaan pemerintah diharapkan dapat
menjadi instrument pembangunan. Caranya? Diatur di Perpres nomer 16 tahun 2018
yang mulai berlaku per tanggal 16 Maret 2018.
Sebelumnya kan ada Perpres 54 tahun 2010, which is soooo
ribet banget karena pasalnya banyak
banget. Beruntungnya saya karena pas ikut diklat PBJP, Perpres nomer 16 tahun
2018 sudah wajib diberlakukan. Perpres 16/2018 ini menurut saya lebih ringkas,
memanfaatkan teknologi sebagai media agar pengadaan lebih efisien dan mendukung
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Artinya pengadaan yang dilakukan oleh pemerintah nantinya diharapkan lebih
efektif, ramah lingkungan dan lebih ‘bersih’ dalam pelaksanaannya.
Nah, saya bersama 40 rekan lainnya dari seluruh Indonesia
kebetulan menjadi peserta diklat angkatan II sejak Perpres 16/2018 ini berlaku.
Masih fresh. Pesertanya kebanyakan dari bagian Umum (seperti saya) atau sub
bagian Perlengkapan yang kalau di swasta biasanya dikenal sebagai divisi
General Affair dan sub divisi Procurrement, karena memang bagian ini lah yang
tugasnya melakukan pengadaan di kantor. Namun ada juga yang nyelip satu dua
orang dari bagian Teknik dan bagian lainnya. Biasanya ini karena di kantor
mereka sudah ada PPK/PP tersertifikasi namun mereka dijadikan sebagai cadangan
PPK/PP. Siapa tahu PPK/PP nya mutasi atau pensiun.
Diklat PJPB yang diadakan oleh LKPP ini berlangsung selama
lima hari. Tiga hari pertama diisi materi tentang Perpres 16/2018, hari keempat
digunakan untuk review dan try out dan satu hari terakhir untuk ujian
sertifikasi. Selama empat hari kami bermain dan belajar (majalah Bobo kali ah!)
dengan Perpres 16/2018, dalam artian walaupun dijalani dengan serius gak lupa
ada becanda-becandanya juga (and coffee break tentu saja!).
Selama empat hari itu juga saya harap-harap cemas, bisa
lulus gak ya? Pulang ke asrama maunya belajar, yang ada malah jalan ketemu
teman-teman. Padahal sudah niat baca
Perpres 16/2018 dari awal sampai akhir sekali aja. Tetap aja begitu kelas
selesai, agenda meet up dengan teman-teman di Jakarta berderet sudah. Pulangnya
cape, ngobrol sama teman sekamar, tidur
deh!
Tapi dasarnya saya orangnya gak enakan sama buku (haha
pencitraan banget), akhirnya saya baca deh tuh Perpres 16/2018 dicicil sambil
dikasi tanda-tanda pake post it setelah sholat Subuh. My mind work better emang
di jam-jam itu. Sisanya di kelas saya perhatiin deh tuh bener-bener pematerinya
ngomong apa (walaupun kadang gue kepikiran juga kapan coffee break). Malam
sebelum ujian ketika yang lain belajar, saya malah milih tidur. I chose to rest
my mind, biar fresh aja besok. Kebeneran banget untuk ujiannya saya dapat sesi
kedua, sekitar pukul 10 pagi. Gak kepagian, gak kesiangan. Perfect!
Dua jam sebelum ujian, saya sudah ada di ruangan sebelah
tempat test. Ngapain? Membaca Perpres 16/2018 dari pasal 1 sampai habis dengan
khidmat sambil dengerin radio lewat headset. My mind works better when
‘kepepet’. Hahaha. Dasar ya, tipe-tipe deadliner gini susyeeeh..
Ketika setengah jam sebelum tes, peserta tes sesi 1 sudah
ada yang selesai dan lulus dengan nilai 200. Wah, langsung tuh ada rasa
khawatir,’ lulus gak ya? Gue bisa gak ya? Kalau gak lulus gimana?’ Apalagi dari
20 peserta sesi 1 hanya ada 5 orang yang lulus. Wih.. serem amat! Sadeess.. Pada
akhirnya saya menekankan pada diri saya sendiri bahwa tes ini bukan masalah
seberapa tinggi skor tapi seberapa paham pada Perpres 16/2018 ini. Toh tujuan
pelatihan keahlian tingkat dasar PBJP ini adalah untuk memahami dan atau
menjelaskan PBJ pemerintah berdasarkan Perpres 16/2018. Yah walaupun
korelasinya, semakin lu paham ya semakin bisa lu jawab soalnya dengan benar,
yes? Hehehe.
Anyway, soal ujian sertifikasi PJPB tingkat dasar ini berjumlah
90 dengan waktu 90 menit. Rincian soalnya itu Benar/Salah 25 soal, Pilihan
Ganda 55 soal dan Pilihan Ganda (Studi Kasus) 10 soal. Skor nilai untuk
Benar/Salah adalah 2 untuk masing-masing jawaban yang benar, 3 untuk Pilihan
Ganda dan tertinggi nilai 4 untuk setiap jawaban yang benar pada Pilihan Ganda
(Studi Kasus). Total nilai jika benar semua adalah 255. Peserta dinyatakan
lulus ujian sertifikasi jika nilainya antara 165 – 255.
Berbekal doa saya masuk ke ruang ujian, sampai baca ayat
kursi segala (I don’t know why, yang keluar dari mulut saya tuh itu. Hahaha!).
Intinya saya sudah belajar, mudah-mudaan apa yang saya pahami bisa membuat saya
menjawab soal-soal ini dengan benar. Lulus atau enggak, saya serahkan kepada
Allah SWT gimana baiknya. Kalau memang baik bagi saya dan bermanfaat buat orang
banyak, mudahkanlah kelulusan saya. Kalau pun sekiranya nanti ini hanya jadi
mudharat buat saya, mending gak usah lulus aja. Gitu doa saya sebelum ujian.
Bismillah, mari kita coba jawab soal!
Ujian sertifikasi PJPB
tingkat I ini based on computer dari servernya LKPP. Komputer yang dipakai
adalah komputer yang disediakan di ruang test. Masuk ke ruang ujian, peserta
hanya boleh membawa 1 copy Perpres 16/2018 dan fotokopian slide materi. Contoh soal atau contekan digital (istilah
salah satu peserta yang pengen memindahkan contoh soal ke dalam bentuk PDF dan
membuka di komputer ujian) tidak diperbolehkan. Lagian juga kalau boleh, soal
ujian itu jaaaauhhh banget levelnya dari contoh soal yang dibahas di kelas di
akhir setiap sesi.
Mau nyontek digital? Mana
bisa, lagian juga mana sempat. Komputer
sudah diset sedemikian rupa hanya bisa mengakses login user (dibagiin sama
pengawas ujian) dan kode ujian kita aja. Jadi hanya soal ujian aja yang
terpampang nyata di layar PC. Mau nyontek meja sebelah? Sudah pasti kode
soalnya beda. Jadi mending fokus dengan soal sendiri dan kalaupun gak tau
jawabannya, boleh open Perpres kok. Cuma ya gitu, kalau gak pernah dibaca juga,
yah mana tahulah bagian apa di mana, ya kan?
Alhamdulillah, setelah
melewati 60 menit yang cukup menegangkan, selesai juga saya ngejawab 90 soal.
Masih tersisa 30 menit, bisa dipakai untuk koreksi ulang atau kalau sudah yakin
bisa langsung klik tombol ‘selesai’ di
ujung kanan atas. Saya memilih untuk gak buru-buru amat dan ngecek kembali
jawaban dari nomer 1 sampai 90 sambil membuka Perpres 16/2018, just to make
sure sesuai dengan Perpres atau enggak. 15 menit terakhir, saya sudah pasrah
aja tekan tombol ‘selesai’. Lulus, Alhamdulillah. Gak lulus, eh masa sih?
Masih ada kesempatan lain lah.
Bagusnya sistem ujian
sertifikasi komputerisasi seperti ini adalah, pengumuman lulus enggaknya
peserta beserta skornya langsung terpampang nyata saat itu juga setelah peserta
menkomfirmasi selesai mengerjakan soal. This is what I got!
Lega banget. Paling
enggak negara gak sia-sia ngeluarin biaya untuk mendiklat kan saya jauh-jauh
dan lama pula di Jakarta. Saya memenuhi tugas untuk lulus ujian sertifikasi,
saya belajar tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan lebih penting adalah
saya berhasil menjawab tantangan yang saya set buat diri saya sendiri. I came,
I learnt, I had fun, I succeeded.
TIPS LULUS UJIAN SERTIFIKASI PBJP VERSI Vita
- Baca Perpres 16/2018 dari pasal 1 sampai terakhir, at least 1 kali.
- Gak usah dihapal. Baca aja untuk dipahami alurnya gimana.
- Bikin mind mapnya versi kamu biar lebih ngerti alur Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
- Buat tanda dengan post it di kopian Perpres 16/2018 per bab atau bagian sehingga mudah untuk mencari bagian yang diperlukan. Penting nih saat ujian, kan ujiannya open Perpres.
- Sebelum ujian berdoa dulu, minta kemudahan. Lulus enggaknya kamu serahkan aja pada Ilahi. Belum tentu juga kan lulus jadi berkah buat kamu dan belum tentu juga gak lulus bikin kamu gak bahagia, Ya kan?
- Usahakan menjawab soal yang kamu anggap gampang. Jangan terlalu lama terpaku di satu soal karena mikirin jawabannya. Hello.. ini soal ujian, bukan nungguin gebetan yang sudah ditembak tapi belum ngasih jawaban.
- Jawab soal nomer 26 dan seterusnya lebih dahulu. Mulai nomer 26 adalah soal pilihan ganda dan pilihan ganda studi kasus. Poinnya lebih gede dibanding soal benar/salah. Menurut saya harus dikerjakan di awal dengan harapan di awal ujian pikiran masih lebih jernih dalam memilih si a, b, c, atau d yang terbaik ? #eh. Meskipun begitu jangan menganak tirikan soal benar/salah. Meskipun soalnya tampak ringan, butuh kejelian juga dalam menentukan benar atau salah statement yang dikemukakan.
- Waktu 90 menit untuk 90 soal. Artinya satu soal estimasinya harus kamu jawab dalam waktu 1 menit. Jika kamu siap, ada kemungkinan 1 soal bisa kamu kerjakan kurang dari 1 menit. Sisa waktu bisa kamu gunakan untuk rechek ulang jawaban kamu.
- Jawab semua soal yang ada meskipun harus nebak-nebak (kalau kepepet). Gak ada sistem nilai minus kok. Kata salah satu pemateri di hari terakhir, ‘Siapa tahu ada yang nyangkut, yes?’
- Soal-soal tryout atau soal-soal latihan yang biasanya dikerjakan di akhir setiap sesi pelatihan bisa jadi terlihat . Soal ujian yang sebenarnya jaaauhhhh lebih rumit dan menjebak. Meskipun kata teman saya ada soal ujian yang mirip dengan soal latihan, in my case, gak ada sama sekali. Jadi berteman akrab lah dengan Perpres 16/2018.
Peserta dianggap lulus jika nilai diatas 165. So, if your grade is 168, meski tipis tapi kamu sudah berhak lulus. It's ok. Toh skor yang tinggi gak menjamin kamu bakal jadi PPK atau PP. Penunjukan tetap berdasarkan penilain KPA di kantor kamu.
That’s it! Semoga postingan ini berguna untuk kamu yang ditugaskan mengikuti ujian sertifikasi PBJP. Lumayan jika lulus, gak perlu ujian ulang setiap 2 tahun sekali lagi karena mulai Perpres 16/2018, sertifikasi PBJP berlaku seumur hidup . Aiye!! Bagi yang belum lulus, don’t worry. Semua akan lulus pada waktunya.
Kamu punya pengalaman atau punya tips lain agar lulus ujian sertifikasi PBJP? Sharing is caring. Put your comment down below.
kalo ingat ini saya ingat temen saya yang duduk di sebelah meja..
BalasHapusia PPK di kantor.. betapa sibuknya dia tanda tangan..
ketika saya tanya kalo saya berminat menjadi pejabat pengadaan bagaimana? dia hanya geleng2 kepala, hehehe
Geleng2 kepala karena liat berkas atau geleng2 kepala karena pusing sendiri nih? hahaha.. Iyah jadi PPK kudu ekstra hati-hati, tapi kalau pikiran dan niat kita lurus aja mah, insya Allah aman mas. Cobain aja!
Hapuskopi perpres yang dibawa pada saat ujian itu apakah dibagikan pada saat diklat, atau kita bs bawa perpres milik kita sendiri ya?
BalasHapusWaktu itu aku bawa sendiri, jaga-jaga karena ini perpres baru. Dipertengahan diklat, baru diberi kopiannya. Insya Allah sekarang sudah ada kok, di jual di Gramedia juga ada.
HapusI'll try it. Thanks
BalasHapusTerimakasih tipsnya, dan sy lulus :)
BalasHapusMba Vita, terlibat di projek Modernisasi Pengadaan, ga?
BalasHapusperpresnya download aja jg ada loh....
BalasHapusIyah, ada di website LKPP atau sila search di google, Banyak yg upload.
Hapuspunya bocoran/kisi2 soalnya ga , eh ada pelatihan onlinenya ga unutk ujian pengadaan barang dan jasa? ............TERIMA KASIH
BalasHapusBocorannya..
HapusPP 16 Tahun 2018.
ehehehe
Coba kl baca nya kemarin2 ya... Habis ikut ujian baru tau tekniknya 😀 Gpp deh, Ambil Hikmahnya 🙏
BalasHapusKalau slide materi/perpresnya ada banyak coretan tangan boleh ga ya?
BalasHapusKalo perpes/slide materinya ada coretan boleh ga ya ?
BalasHapustgl 20 ini saya ujian ppbj mba...wish me luck ya...klo bisa kirim2la soal ama jawaban yg probably keluar hehehehe
BalasHapusterimakasih ka infonya sangat bermanfaat
BalasHapusterimakasih ka infonya sangat bermanfaat
BalasHapusSama-sama. Semoga berguna
HapusBoleh bawa buku perpes nya ya
BalasHapusBoleh bawa buku perpes nya ya
BalasHapusKalau kamu baca tips yang aku kasih di atas, pasti tahu kalau boleh bawa perpresnya. Hayooo... dibaca gak nih? Jangan-jangan cuma judulnya yang dibaca. :)
Hapuskalo soal tentang kasus bagaimana triknya?
BalasHapus