Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

Hello, Mamuju!

Long time no see, ya gaes! Harap maklum, sesuatu telah terjadi akhir bulan Maret lalu. Saya di mutasi ke sebuah ibukota provinsi Sulawesi Barat : Mamuju. Untuk kamu yang gak tahu where exactly Mamuju is, coba buka Google Earth deh! Soalnya saya juga gitu, hehehe. Saya tahu sih sebenarnya Mamuju itu dulu awalnya salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Namun semenjak pemekaran provinsi, akhirnya terbentuklah provinsi Sulawesi Barat dengan Mamuju sebagai ibukota provinsinya.

Ngubek-ubek Google dengan harapan dapat postingan blog yang ngebahas Mamuju, ternyata rata-rata postingan teratas malah gak reliable. Padahal buta banget nih soal Mamuju, apalagi tentang rumah, moda transportasi, jalan, tempat nongkrong #eh. There isn't too many information about this city. Pas nemu postingan di blog orang lain, eh itu entry tahun 2012. Walah! Lama amat. I have no idea at all, but still I have to move on. 


Hello, Mamuju! 

Gak pernah kepikiran sekalipun untuk hijrah ke sini. Apa daya tugas negara datang membawa banyaaak sekali keraguan. Terima gak, terima gak. Di terima, jauh dari rumah, Gak diterima, tantangan baru loh ini. Ujung-ujungnya gak ada cara lain selain minta petunjuk dari Allah SWT lewat sholat Istikharah. Gak lupa minta doa restu pertimbangan orangtua dan keluarga. Pada dasarnya mereka mendukung, walaupun bokap gak rela juga ngelepasin anak perempuan satu-satunya yang belum nikah ini ke daerah orang. Ya maklum lah, tanggung jawab masih sama bapak kan kalau anak perempuan belum menikah itu. Meskipun begitu, bapak adalah tipe orang yang faham bahwa anaknya ini tipe wanita karir. Gak betah gak kerja, walaupun gak nolak juga leyeh-leyeh liburan di waktu cuti.

So here I am, after diambil sumpah jabatan di Makassar, saya gak langsung terbang ke Mamuju. Tugas pertama sudah menanti, mengikuti sosialisasi aplikasi Analisis Beban Kerja di Jakarta. Gak lama, cuma dua hari. Setelah itu saya langsung menuju Mamuju. Cuzzzz...

How To Get There 

Ada dua alternatif transportasi menuju Mamuju, yaitu lewat darat dengan kendaraan bermotor dan udara a.k.a naik pesawat. Boleh pakai sepeda? Boleh.. cuma saya gak tau berapa lama kamu bisa kuat bertahan mengayuh sepedanya. Jika kamu dari Makassar dan memilih lewat darat, transportasi umum paling banyak digunakan adalah Bus AC bersuspensi bahkan Sleeper Bus yang menyediakan tempat tidur. Harga tiketnya tergantung penyedia jasa dan fasilitasnya. Kisarannya sekitar 150 rb - 220 rb rupiah.

Jarak Makassar - Mamuju yang cukup jauh, bisa sampai 8 - 10 jam perjalanan (tergantung sopirnya aja sih) membuat Bus untuk rute ini rata-rata seat couch gitu, lengkap dengan bantal dan selimut. Jadi bisa tidur sampai tiba di Mamuju. Lagipula Bus rute Makassar - Mamuju adalah bus malam yang berangkat meninggalkan Makassar sekitar jam 9 malam. Bahkan untuk tipe sleeper bus, ada tempat tidur di bagian belakang. Harganya agak lebih mahal pasti, sekitar 220rb Rupiah.



Bus akan tiba di Terminal Simbuang sekitar jam setengah enam pagi (paling cepat), tapi kalau busnya berlama-lama di terminal, perwakilan bus atau gak diminta-minta deh ada penumpang yang ribet banget dijemput di mana, bisa-bisa nyampainya pukul tujuh bahkan pukul delapan pagi. Bhaaaayy.. absen tepat waktu! Tapi ini biasanya jarang banget kok kejadian.

Alternatif kedua adalah menggunakan pesawat udara. Hanya ada dua perusahaan penerbangan dari Makassar yang memiliki rute ke Mamuju, yaitu Wings Air dan Garuda. Wings Air yang dioperasikan oleh Lion Group terbang 4x sehari sementara Garuda hanya 1x sehari. Harga tiket dari Makassar berkisar 348rb - 700rb dengan waktu tempuh 55 menit.



Saya kebetulan memilih naik Garuda. Kesan pertama saya pada kota ini diawali pada bandaranya, Tampa Padang. Bandara ini termasuk bandara kecil yang hanya bisa menampung pesawat baling-baling atau sekelas jet gitu. Semua rute transit dulu di Makassar untuk ganti pesawat.

Jangan ngarep ruang tunggu atau area kedatangan yang lapang dan luas. Begitu kamu datang, masuk ke ruangan bandara, ambil bagasi dan voilaaa... di depan kamu sudah nunggu deh tuh para penjemput. Yang lebih seru tuh bagian keberangkatan. Kamu jalan ke luar dari bandara menuju pesawat dan di sebelah kiri kamu bisa dadah-dadahan sama pengantar dari tempat parkir. Ringkas.

Bandara Tampa Padang berjarak 27 km dari pusat kota Mamuju. Moda transportasi yang tersedia taksi carteran yang bisa dinego tarifnya atau taksi Bosowa yang jumlahnya gak begitu banyak. Paling aman emang minta jemput sama orang yang sudah dikenal. Waktu itu saya dijemput pakai mobil dinas operasional kantor, jadi gak begitu ribet mikir ke kota mau naik apa. Malah yang bikin aku sempat agak panik adalah ternyata dua operator selular yang aku gunakan tidak ada sinyal di bandara.

Operator seluler yang satu emang belum beroperasi di Sulawesi Barat, sementara operator lainnya gak ada BTSnya di sekitar bandara. Untungnya, seperti yang saya katakan tadi, dari kita ngambil bagasi pun kita sudah bisa ngeliat para penjemput yang nunggu di teras bandara. Sekecil itu bandaranya, yet it's helpful.

Mamuju in My Eyes 


Sepanjang dua bulan saya di Mamuju rutinitas saya, kantor - kos an- kantor - kos an. Paling jalan-jalannya kalau harus ke KPPN atau ke bank. Sesekali melipir sebentar di sela urusan pekerjaan buat beli perintilan di kos an. Kalau gak kerja (even Sabtu meeting juga), saya tugas ke Jakarta atau sekalian balik ke Makassar. Nothing much to see, except pemandangan kota Mamuju dari jalan arteri yang baru aja selesai pembuatannya sebelum saya datang. Tsaah.. gak deng, selesainya bulan Januari tahun ini.



Jalan arteri ini lah semacam jalan terlebar dan terbagus yang menghubungkan pusat perkantoran Gubernur ke daerah pusat kota. Berhubung di Mamuju belum seramai Makassar apalagi Jakarta, jalan arteri ini berasa jalan tol tanpa bayar menurut saya. Bonus, dapat pemandangan keren antara laut dan pegunungan. Sisanya, selamat datang di jalan aspal yang kadang berlubang dan tergenang air.



Kota Mamuju masih bergeliat menjadi kota besar. Ada sih beberapa tempat makan yang dilabelin cafe tapi belum sempat ke sana. Satu, kebanyakan kerjaan. Dua, belum ketemu aja sama yang satu aliran suka nongkrong. Tiga, kayaknya liat dari depan kok tempatnya seperti gak menarik hati ya? Hahaha..

Satu-satunya Mall di kota ini malah baru buka bulan Mei ini. Itu juga masih bertahap, baru Matahari Departemen Store yang beroperasi. Rencananya di Mall Maleo ini akan dibuka Hypermart, Cinemaxx, Sport Station dan yang paling bikin aku senang : Share Tea!  Hahaha.. sesederhana itu kebahagian saya.

Semoga abis lebaran ini, saya punya lebih banyak kesempatan untuk mengeksplore kota Mamuju. Jadi bisa lebih banyak cerita deh tentang kota ini di blog. Mana tahu bisa kubuatin vlognya juga kan.. (Duh, sudah lama gak ngedit). Siapa tahu berguna buat kamu yang pengen traveling atau dimutasi kerjaan juga ke Mamuju (hahahaha.. cari temen!). 

Komentar

  1. Kalau pakai transportasi dara hemat tapi lama pastti wkwk. Terus capeknya juga ya. :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. penumpang aja cape, gimana supirnya ya? wkwk.. meskipun bisa tidur di bus, tetap aja nyampe tuh tetap bawaannya bablas tidur 8 jam di kasur.

      Hapus
  2. Pelosok banget ternyata, pantaas minim informasi ya. :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jarang yang bercerita sih, padahal ibukota provinsi loh ya..

      Hapus
  3. agak sepi ya mbak tempatnya, tapi langitnya bagus pasti udaranya masih bersih minim polusi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan sepi untuk sebuah ibukota provinsi. Enaknya yah itu langit dan udaranya masih bagus, gak macet pula. Mampir sini dong!

      Hapus
  4. Rasanya pingin nangis karena rasa kangen yang membuncah T_____________T

    Duluuu waktu masih bocil banget, umur 3 tahunan tuh saya di sana. Ikut orangtua yang baru jadi PNS, didinaskan ke pulau nun jauh dari Jawa.

    Inget dikit-dikit sih, cuma Sulawesi udah jadi bagian dari hidup saya (apaan dah). Apalagi Mamujuuuu!!! Wah, udah bagus banget ya jalanannya :) kalau abi cerita sih, dulu jalanannya ya......begitu itu.

    Saya harap bisa berkunjung lagi kapan-kapan :) kakak baik2 ya di sanaaa. Orangnya ramah-ramah kok xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh pasti masa itu Mamuju masih hutan ya? Sekarang hutannya masih ada sih, tapi makin tergerus untuk dibuka menjadi lahan perumahan dan perkantoran. Makin banyak yang mutasi ke sini. Ayo maen ke sini. Insya Allah, semoga aman-aman aja aku di sini. Hihi.. makasih doanya.

      Hapus
  5. Sedari awal baca artikelnya, aku berasa pernah dengar dimana gitu soal mamuju. Ternyata dulu aku pernah mau ditugasin ke mamuju juga. Tapi ndak jadi. Hahahaha

    BalasHapus
  6. Hai Kak Vita... cerita yg menarik. spertinya saya sebentar lagi akan merasakan pengalaman yang sama...hehe.

    Bedanya saya berangkat dari Jawa Timur, ketrima pengangkatan CPNS di Mamuju. Kak Vita tahun ini masih disana kah???

    saya masih kebingungan soal Kos. ada saran kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, sampai pertengahan Desember ini masih. Bayu ngantornya di mana? Di daerah kota atau di pinggiran? Saran saya, siapin aja budget sekitar 1,2 - 1,5 juta untuk kamar lengkap AC, springbed, lemari dan kamar mandi dalam. Tanpa perabot probably around 650 - 800. Ini yang layak yah. Ada sih yang 300-500rb, biasanya di daerah pusat kota atau di puncak. Tergantung kondisi kamar dan tempatnya juga.

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.