Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

To All The Boys Always and Forever, Goodbye Lara Jean

Apa yang terpikirkan ketika memasuki masa kelas 3 SMA? 'Gimana rasanya jadi anak kuliahan',yes? It happened on me, though. Tentu saja setelahnya membuat aku terpikir, 'mau kuliah di mana?' 

Bagi Lara Jean, karakter utama wanita di To All The Boys series di Netflix, mau kuliah di mana juga menjadi satu pertanyaan besar yang bikin galau. Tentu saja jika kita menonton To All The Boys seri sebelumnya, kita tahu bahwa Lara Jean telah bersepakat dengan Peter Kavinsky untuk sama-sama kuliah di Stanford. 

Peter diterima di Stanford melalui jalur beasiswa sebagai atlet Lacrose. Agar mereka dapat terus bersama dan tidak LDR-an, Lara Jean pun mendaftar ke Stanford lewat jalur umum. Mimpinya sebagai penulis terlihat sempurna, tetapi dia akan belajar salah satu pelajaran hidup yang lebih sulit.  Masa depan tidak selalu berjalan sesuai rencana. 

Lara Jean tidak lulus masuk Stanford! 

To All The Boys Always and Forever, Goodbye Lara Jean 

To All The Boys Always And Forever

Aku gak bakal ngasih spoiler di sini, meskipun bagi kamu yang sudah membaca novel karya Jenni Han ini pasti sudah tahu bagaimana trilogy To All The Boys ini akan berakhir. Aku hanya ini mengapresiasi betapa film Netflix ini memberiku banyak kejutan, seperti lagu openingnya! 

SNSD, Gee!! 

Jadi ceritanya Lara Jean dan keluarganya berlibur musim semi ke Seoul, Korea Selatan. Ini adalah kesempatan bagi tiga bersaudara — Lara Jean, Margot (Janel Parrish) dan Kitty (Anna Cathcart) —untuk menghabiskan waktu bersama dan berhubungan dengan budaya ibu mereka. 

Selama perjalanan, ayah mereka (John Corbett) meminta restu kepada putri-putrinya untuk melamar Trina (Sarayu Blue), dan mereka dengan senang hati setuju. Hidup Lara Jean tampaknya seindah langit biru Seoul. 


Mereka ke Seoul Tower, Gwanjang Market, karaokean di Hongdae, belanja di Myeongdong, jalan-jalan di Dongdaemun. Hal-hal yang turis lakukan di Seoul. Ah, kecuali mereka tidak ke Gyeongbokgung Palace dan berseliweran di Gwanghwamun Square menggunakan Hanbok. Oh, itu aku waktu ke Seoul tahun 2017! 

Anyway, sepanjang trip Lara Jean sekeluarga ke Seoul, lagu-lagu yang hadir di adegan-adegan itu adalah lagu-lagu yang surprising banget buat aku. I mean, hey... I know ini bagian dari novel, tapi kan sedikit banyak ada pesan sponsor di sini. 

Situasinya juga digambarkan sebagai tahun 2021. Aku sempat terpikir bahwa bisa jadi lagunya Twice, karena saat ini girl group yang lagi hype di Korea yah Twice. But... justice for all, SNSD Gee menjadi lagu pembuka. I'm beyond happy! 

Hey, biar bagaimana pun juga SNSD is huge, legendary Kpop girl group and not to mention GEE was a 8 weeks hit to top the chart. Bukan Kpopers juga tahu deh lagu Gee. Selain Gee by SNSD, juga ada Q&A by Cherry Bullet dan Pretty Savage by Black Pink. Hanya ada 3 lagu Kpop di film To All The Boys Always and Forever ini. 

Where the h*ll is BTS, EXO, Seventeen? 

Mmh.. mungkin gak deal aja sama Big Hit dan SM ent. Meskipun aku pengen banget ada lagunya Day6 Dance Dance atau Sweet Chaos di adegan mereka liburan di Seoul. It would be awesome. Hey JYP, get your move!!! Give Day6 a chance! 

To All The Boys, Always and Forever Hidden Agenda

Ingat gak, pas masih jaman SMA, pacaran dengan satu angkatan dan kepikiran akan selalu bersama dengan membayangkan bisa kuliah di kampus yang sama? It's also happened with Lara Jean and Peter Kavinsky. Tapi seperti yang aku mention di atas, Lara Jean gak keterima di  Stanford. Dia malah keterima di Berkeley Uni yang jaraknya sekitar sejam an dengan kampusnya Peter. 

But then, sekolah mereka mengadakan school trip ke New York (ih Lara Jean liburan mulu!). Dalam perjalanannya  sLara Jean dan temannya Chris (Madeleine Arthur) berakhir di Washington Square Park.  Ceritanya terasa seperti mereka tersesat dan berubah menjadi iklan singkat untuk NYU, lengkap dengan adegan di mana Lara Jean pergi ke pesta kampus di atap gedung yang megah bersama teman-teman barunya dan jatuh cinta dengan New York City. 

To All The Boys Always and Forever

Seharusnya ini bisa menggambarkan bahwa karena itu lah akhirnya  Lara Jean mempertimbangkan sekolah yang jauh dari keluarganya dan Peter.  Tapi setelah aku Google, NYU itu Universitas swasta yang super expensive. Terlebih lagi, ini tidak ada di novel aslinya. 

Baiiqqq.... 
Namanya juga usaha ya! Siapa lagi yang mau sponsorin pembuatan film kalau bukan dari PPL (Prodcut Placement) kayak gini. 

The point is, apapun kampusnya, sebenarnya film ini pengen menggambarkan ke cewek-cewek seusia Lara Jean bahwa apa yang kamu inginkan itu yang terpenting. Ok, kamu gak mau terpisah dari keluargamu. Baik.. kamu gak mau long distance relationship dengan pacarmu, but remember, ini masa depan kamu. Kamu yang tahu dan kamu yang menentukan. 

Masa depan memang tidak akan pernah terlihat sangat jelas. Ada banyak saat di mana kita berpikir keras, galau karena takut mengambil keputusan yang salah. Tidak hanya saat masih remaja, bahkan saat dewasa dan mulai menua. Semua keputusan kita pasti ada konsekwensinya. 

Namun, semakin umur bertambah dan semakin banyak pengalaman hidup yang kita jalani, it will brings us to the thought jika ada satu pintu tertutup, akan ada satu pintu bahkan mungkin jendela yang terbuka. Jalan ke arah sana mungkin agak belok sedikit, tetapi ujung-ujungnya akan ke situ juga. 

Bahkan jika mungkin bukan itu akhir dari yang kita dapatkan, selalu ada alasan yang suatu hari nanti akan kita ketahui mengapa Tuhan tidak memberikan yang kita inginkan itu. 

Halah! 

To All The Boys Always and Forever menurut aku juga memiliki 'hidden agenda' yang perlu diantisipasi oleh para orangtua. Misalnya betapa halusnya Netflix mendukung LGBT ( foto prom berpasangan, coba di cek lagi deh moms!) dan melepaskan keperawanan di masa akhir SMU. 

Kita bisa saja berdalih : Oh, itu kan di Amerika. Lifestyle di sana memang seperti itu. Ya, bisa jadi. But this is movie! Media propaganda paling mujarab sedunia ilmu komunikasi. Pelan sih, tapi kalau sering ya kemakan juga. 

Jangan jauh-jauh deh, siapa di sini jadi suka makan mie instan malam-malam karena keseringan nonton drama Korea? Siapa juga yang makan mie instan dengan cara disedot biar bunyinya sama dengan di drama? 

Itu hanya contoh sederhana saja. Bayangkan jika yang dipropagandakan adalah hal yang lebih berat semacam LGBT atau lose your virginity. It's your choice, moms! 

Kesimpulan Review To All The Boys Always and Forever 

Sebagai film untuk hiburan akhir pekan, film To All The Boys Always and Forever ini bisa aku kategorikan menghibur. Ceritanya ringan, sinematografinya keren dan musiknya asik. Aku lebih spesifik ke musik dari film ini, karena aku merasa yang milihin soundtracknya awesome buanget! Kayaknya dia tahu banget memilih lagu yang pas untuk tiap adegan. 

Bahkan untuk penononton yang masa remajanya di tahun 90-an. Ada Spice Girls Wanna Be, Don't Look Back in Anger nya Oasis dan Dancing in The Moonlight (ok, ini lagu tahun 2000an). Ada banyak lagu-lagu favorit aku di film ini termasuk juga Fancy by Iggy Azalea dan I Like Me Better by Lauv. Sayangnya, lagu I Love You Always Forever by Donna Lewis yang digunakan di trailernya malah tidak dimasukkan ke dalam film ini. 

Lagu kekiniannya pun juara banget. Aku suka banget sama lagu Beginning Middle End by The Greeting Company dan Won't Let Go by Black Match. 



Endingnya pun dibungkus dengan manis. Cuplikan kenangan-kenangan Lara Jean dan Peter Kavinsky dari  awal mereka bertemu hingga akhirnya Lara Jean menatap jauh ke luar dari jendela apartemennya di New York. 

Apakah nantinya akan ada sequel lagi di masa Lara Jean dan Peter Kavinsky menjadi anak kuliahan? Well, Jenny Han hanya menulis kisah pasangan ini dalam trilogy. But, hey you never know Netflix! Until then, I have to say goodbye to Lara Jean and her high school life. 

Mungkin sekali waktu kita bisa menoleh ke belakang, kembali ke masa we didn't know anything about real world. Karena apa pun yang terjadi, kenangan indah itu layak untuk dikunjungi kembali dan dinikmati, "Always and Forver."

Komentar

  1. Waaah buku ini trilogi yaaa? Soalnya aku punya bukunya, tapi masih dalam list to be read sih mba. Dan baru 2 buku hahahahah. Aku pikir cuma 2. Jiaaaah harus cari lagi buku ketiga.

    Tapi kayaknya kalo ga Nemu, aku mau nonton dr Netflix aja lah. Kayaknya seru juga :D. Lagi pengen cari serial yg beda. Selama ini Drakor Mulu hahahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.