Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

September Ceria yang Biru Bersama Dian Pramana Poetra dan Vina Panduwinata di Makassar Jazz Festival 2015

Stall kopi dan surabi yang berjejer berdampingan di pelataran venue Makassar Jazz Festival seakan memanggil-manggilku. Malam masih muda, display smartphoneku baru menunjukkan jam delapan malam. Seorang teman berinisiatif memesankan kopi sementara saya dan seorang teman lagi memilih Surabi mana yang ingin kami nikmati. Kopi hitam tanpa gula bersama Surabi Nangka special akhirnya menemani kami menunggu perform dari dua legend musik Indonesia.


Dian Pramana Poetra, Tetap Bersinar 

Call me old fashion atau ketahuan angkatannya, tapi sejujurnya kita tidak bisa menilai umur seseorang dari musisi atau lagu-lagu yang diketahuinya. Contohnya Dikta Wicaksono, vokalisnya Yovie & Nuno. Did you know that he likes Jimmy Hendrix padahal dia kelahiran 1986? Iyah, cuma gara-gara sering dengerin bokapnya muterin Jimmy Hendrix doang loh. 

Sama dengan saya *halah,biar temenan ama Dikta*. Sebenarnya kakak saya adalah orang yang memperkenalkan saya pada lagu-lagu Dian Pramana Poetra. Untuk yang gedenya bergelimang lagu-lagu Sheila On 7, Cokelat, Padi, Yovie & Nuno mungkin masih bisa related lah yah. Tapi kalau yang melek musik Indonesia karena Raisa, Tulus, atau Isyana Sarasvati  mungkin berpikir 'Who's this guy?' Dan ini beneran ada yang berkomentar seperti itu. Duuhh...

Sebenarnya bukan salah si bocah itu juga, karena memang Oom Dian Pramana Poetra ini sudah lama gak ngeluarin album. Tapi karya ciptaannya kan sudah diremake berulang kali oleh penyanyi-penyanyi yang si bocah ini pasti tahu. Oh my God, saya merasa terbawa kenangan saat persoalan hidup bisa dengan mudah diselesaikan dengan melihat kakak menikmati lagu dari kaset side A ke side B.



Pada penampilannya itu Dian Pramana Poetra membawakan sekitar 10 lagu. I didn't counting karena gue bener-bener menikmati lagu demi lagu walaupun pada penampilan awal gue gak mengenali intro lagunya. Maklum, sudah lama gak dengerin lagu-lagunya Dian PP. Melayang, Surat, Keraguan, Semurni Kasih (ini saya tahu judulnya gara-gara browsing di youtube), Masih ada dan tentu saja Kau Seputih Melati. Dan bener aja, ketika mulai membawakan lagu-lagu andalannya seperti Kau Seputih Melati, si bocah baru ngeh 'Ohhh.. ini kan... ini kan..' Untungnya dia gak bilang 'Ini kan lagunya Sammy Simorangkir.' Hehehe 

Di sela-sela penampilannya dia selalu berinteraksi dengan penonton, sekedar bercerita atau bercanda. Lumayan kan buat tarik napas. Berhubung penonton juga larut dengan nostalgianya masing-masing, semua lagu dinyanyiin bareng. Mas Dian sih santai-santai aja nyodorin mikenya ke arah penonton. 

Kelihatannya Dian Pramana Poetra ini cukup kelelahan. Mungkin karena hawa panas Makassar sampai sebentar-sebentar dia ngelap keringat sampai buka blazer segala. Mas Dian sempat duduk di tepi panggung bahkan duduk di kursi sambil memainkan gitarnya. Bisa jadi trik, bisa jadi emang cape beneran.



Etapi yaahh.. walaupun begitu, suaranya tetap sama beningnya dengan yang di dengerin di kaset (atau sekarang CD deh!). Menurut teman saya, "Dia nyanyi effort less gitu, gak usah teriak-teriak tarik urat. Tapi keren!" Dan yang jelas tampangnya masih sama, tetap dengan model rambut yang sama dan berkacamata. Lagi-lagi kata teman saya, 'Nih Oom-oom kok ganteng yah... " #toyor

"Puas?' tanya Dian Pramana Poetra. Jelas saja penonton menjawab belum dan minta encore. Ada yang minta lagu Bohong dan Oh Ya, dua lagu jaman dia bergabung di K3S (which is saya lupa dong, kalau dia pernah tergabung di situ). Tapi pada akhirnya dia memilih menyanyikan lagu Biru yang membuat (lagi-lagi) penonton Makassar Jazz Festival nyanyi bareng. Apalagi saya.. nyanyi sepenuh hati, hihihihi...  

Sempat kepikiran kenapa gak dinyanyiin bareng Vina Panduwinata yang mempopulerkan lagu ini ya? Mama Vina kan ada di Makassar Jazz Festival juga. Duh jadi harap-harap cemas, lagu Biru akankah dinyanyikan juga oleh mama Vina yang akan tampil berikutnya? 

Lampu stage 1 padam. Dian Pramana Poetra pun silam. Sekarang cari posisi lebih nyaman untuk menyaksikan Vina Panduwinata. Mmh duduk di mana ya enaknya? 

Vina Panduwinata, Antara Mama Vina, Si Burung Camar dan Sampah yang Berserakan

Ketika Dian PP silam dan lampu stage 1 pun dipadamkan, sebenarnya ada penampilan DJ di lapangan tengah. Di stage 2 pun menghadirkan penampil Jazz lokal berikutnya, namun saya memilih untuk tetap berada di lokasi stage 1. Mumpung penonton lain pada bubar, ini bisa menjadi kesempatan buat saya mendapatkan lokasi duduk yang lebih enak dan dekat panggung. Saya tahu para abege yang nungguin Tulus sudah mulai merapat walaupun yang mereka tungguin perform setelah Vina Panduwinata. Gak boleh kalah sama abege. Mari kita merapat lebih dekat ke panggung!

Sebuah spot strategis namun kosong kudeteksi berada di tengah depan panggung. Sedikit curiga kenapa spot potensial ini malah tidak diduduki orang, ternyata ini jawabannya : 

Sampahnya kak... 
Bekas bungkus Kebab, koran alas duduk dan paper cup ini ditinggal begitu saja oleh entah siapa. Walhasil sisa-sisa makanan yang ada dalam sampah tersebut mengundang semut-semut yang berukuran gede, Seriously, this is so annoying. Padahal pihak panitia sudah berulangkali mengingatkan penonton untuk tidak buang sampang sembarang dan menjaga kebersihan Fort Rotterdam. Masih aja ada yang melanggar. Shame on you!

Untungnya setelah menyelesaikan masalah sampah, musisi yang sebentar lagi manggung mulai menyetel alat musiknya. Tanda-tanda sebentar lagi pertunjukan stage 1 akan dimulai kembali. Malam bergeser ke pukul 11 malam ketika akhirnya sang MC memanggil Vina Panduwinata ke atas panggung. Penonton bersorak, yang ditunggu akhirnya datang juga!



Vina Panduwinata muncul dari sisi panggung setelah sebelumnya Troy Kurniawan Quintet (ini dapat contekan dari website Makassar Jazz Festival) memainkan sebuah lagu pembuka yang judulnya entah apa. Hiihihi.. Memakai dress warna biru berpayet dengan punggung sedikit terbuka, Mama Vina langsung menyapa penonton dan intro lagu Di Dadaku Ada Kamu versi Jazz yang lembut mendayu pun mengalun. Tidak ayal penonton yang sudah akrab dengan lagu ini ikut bernyanyi. 

"Mau dicepatin gak lagunya? Terlalu slow ya? Jam segini nanti kalian pada ngantuk. Kita cepetin aja yah..." 
Vina bertanya pada penonton. Lagu Di Dadaku Ada Kamu pun diangkat beatnya oleh Troy Kurniawan Quintet yang mengiringi mama Vina. Penonton semakin bersemangat mengikuti lagu demi lagu hits yang dibawakan Vina. Beberapa kali dia menunjukkan kekhawatirannya jangan sampai penonton yang ada di Makassar Jazz Festival tidak tahu lagu yang dibawakannya. Duhh tante.. merendah amat sih. 

Mungkin mama Vina merendah, mungkin juga karena yang dilihatnya di bagian depan adalah abege-abege yang nungguin Tulus. Yang jelas ada seorang cewek di belakang saya sempat nyelutuk,"Whoaa bagus ya suaranya." 

MENURUT NGANA?



Hahahaha... Emang ada-ada aja yang kurang luas wawasan musiknya ini. Jauh sebelum kalian kenal Raisa, penyanyi yang ada di depan kamu itu sudah membawa nama harum ke festival-festival lagu mancanegara. Pliss deh, hari gini ada Youtube, radio juga masih ada, Google ditanyain apa aja bisa, coba lah jangan kudet amat. 

Sebagai penyanyi yang sudah banyak makan asam garam manggung dimana-mana, mama Vina sudah tahulah menghandle penonton. Disetiap jeda lagu mama Vina selalu ngobrol dengan kami.

Saat jeda sebelum lagu Burung Camar, Vina Panduwinata sempat bertanya, "Ada yang masih ingat gak saya dulu ini panggilannya apa?" Penonton menjawab,"Burung Camar." Vina melanjutkan lagi,"Sekarang saya lebih sering dipanggil mama Vina. Makanya kalau lagi jalan-jalan ke mana gitu trus ada yang manggil saya 'Burung Camar', tanpa menoleh pun saya tahu itu adalah fans lama. Kalau 'mama Vina' berarti mereka masih anak muda. Tapi herannya sekarang nenek-nenekpun manggil saya mama Vina,"kisahnya yang lalu disambut gelak tawa penonton. 

Setahu saya memang Vina Panduwinata mulai terkenal dengan lagu Burung Camar. Mamaku suka sekali lagu itu. Lagu itu sering sekali dimainkan di rumah sewaktu saya kecil. Ketika mulai beranjak gede, giliran tante dan kakak saya yang 'meracuni' dengan lagu-lagu Vina Panduwinata lainnya. Jadi begitu mama Vina nyanyi Surat Cinta, September Ceria, Cinta dan Burung Camar langsung saja saya sikat, ikutan nyanyi dengan penonton lainnya.

Good times don't last forever, they said. Begitu juga dengan perform Vina Panduwinata. Malam yang makin larut dan durasi yang diberikan hanya satu jam saja membuat mama Vina harus minta pamit. Penonton gak bolehin dia pergi begitu saja dong."Lagi... Lagi... Lagi..." terdengar dari segala penjuru. Akhirnya sebagai lagu penutup mama Vina membawakan lagu andalannya : Biru.

Sudahlahh.. setelah dengar lagu ini dan mama Vina silam ke belakang panggung sudah gak niat lagi nonton Tulus yang perform setelahnya. Biarlah itu menjadi jatah para abege-abege. Paling tidak saya yakin diantara mereka satu atau dua orang lebih terluaskan wawasan musiknya malam itu dengan menyimak penampilan Dian Pramana Poetra dan Vina Panduwinata. Sementara saya dan tiga orang teman sudah terbawa kenangan dan harus kembali pada kenyataan : BESOK SENIN WOY! KERJA LAGI....!!

Tiada pernah aku.. bahagia. Sebahagia kini ohhh kasih...  - BIRU 

Lagu itu terus terngiang di kepala, hingga saat ini. I had a great time with my friends back there, walaupun untuk urusan foto memoto tidak tahu mengapa jepretan kamera saya hasilnya kebanyakan out focus. Untung ada Jenny, fotografer andalan yang bersedia dititipin foto. Makasih ya Jen..

Tentunya terima kasih Makassar Jazz Festival untuk performances yang menyenangkan. Bener-bener September Ceria yang Biru buat saya dan teman-teman. Mudah-mudahan masih ada kesempatan menikmati panggung bertabur bintang menuai kenangan seperti ini. Sampai ketemu tahun depan! 

Komentar

  1. iya abg2 sekarang banyak yang cetek pengetahuan musiknya ya. cuma taunya yang jaman sekarang doang. beda ama kita dulu yang lebih banyak tau musik2 bagus dari jaman2 sebelum kita lahir juga...

    BalasHapus
  2. Arghhhhh envy maksimal >.< jauh-jauh hari sudah kasi tau Pai tentang acara ini, di iya-iyain aja pas acara malah kita berdua lupa u.u
    Ingatnya pas senin .-. untung tiketnya belum dibeli

    BalasHapus
    Balasan
    1. Deehhh sayangnya. Saya juga beli tiketnya on the spot Dwi krn ragu2 nonton apa tidak. Untung teman dak berenti ngomporin. Asli dak nyesel nonton MJF tahun ini.

      Hapus
  3. Huaa lagu-lagunya Dian PP itu emang keren. Oldies never dies :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suaranya itu lohh, jernih banget kek dengar di CD...

      Hapus
  4. Huaaa, berasa terlempar di masa kanak2 banget nih saya. Top deh!
    Secara Vina Panduwinata dan Dian Pramana Poetra adalah penyanyi2 favorit saya saat SD...hahaha...kebayang banget anak SD sukanya lagu2 mereka :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin sama kali yah dgn anak SD jaman sekarang suka dengan SMASH? Eh.. emang masih ada ya boyband itu?

      Hapus
  5. saya fokus di wadrobe nya vyna panduwinata
    wadrobe yg sama dipake KD di konser bosowa
    #eh kok coment itu wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyo kah? Hehehe.. Kalo masalah kostum saya dak ngerti mi itu.

      Hapus
  6. Aku lebih suka lagu-lagu lama dr pd lagu skrg yg liriknya kebanyakan lebay dan ah yaa gitu deh hehe..
    Paling suka tu dulu emg zaman-zamannya sheila on 7,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.