Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

Traveling di Era New Normal

Sejak negara api menyerang dan Pembatasan Sosial dalam Berskala Besar atau PSBB, praktis kegiatan bepergian ke satu tempat ke tempat lain entah itu untuk traveling atau urusan pekerjaan pun menjadi ambyar. Selamat tinggal liburan. Cuti pun harus diperjuangkan, apalagi untuk ASN seperti saya. Boro-boro cuti, perjalanan dinas saja penuh pertimbangan. 

Bukan apa-apa, syarat untuk melakukan perjalanan entah itu urusan pribadi ataupun dinas memerlukan beberapa dokumen yang perlu disiapkan. Itu tentu membutuhkan biaya. Ya alhamdulillah jika perjalanan itu untuk urusan dinas kantor. Otomatis bisa masuk ke dalam biaya perjalanan dinas karena berdasarkan surat tugas. Kebayangkan jika ini urusan pribadi semacam traveling. Tentunya pikir-pikir dulu. 

Awal bulan Juli 2020 ini Aku ditugaskan perjalanan dinas ke kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Senang, iyah pasti! Tapi ternyata ada beberapa hal yang perlu aku siapkan dan harus dijalani. Menurut aku, ini penting juga untuk teman-teman ketahui.  Apa saja kah itu? 

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan Saat Traveling di Era New Normal 




1. Surat Keterangan Hasil Rapid Test 


Rapid Test nya bisa dilakukan di Rumah Sakit. Aku waktu itu melakukan Rapid Test di Rumah Sakit Mitra Mamuju dengan biaya Rp.460.000. Muaaahal yaa! Iyah! Pertama, petugas mengambil darah sebanyak 1 ampul dan aku harus menyetorkan KTP asli. Jika hasil rapid test dinilai reaktif, harus test swab yang tentunya biayanya lebih mahal dan waktu untuk mendapatkan hasilnya lebih lama. Alhamdulillah, hasil rapid test aku negatif jadi aku gak perlu di swab test. Hasil rapid test beserta surat keterangannya selesai kurang lebih satu jam.  

Surat ini diperlukan sekali, apalagi jika perjalanannya menggunakan pesawat. Untuk Rencana berangkat dari Mamuju  hari Jumat tengah malam lewat darat karena harus ke Makassar mengejar pesawat siang keesokan harinya ke Gorontalo. Berarti ada tiga pos Gugus Tugas yang harus aku lewati. Pos Gugus Tugas di kota Polman, perbatasan provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Kedua di Pos Gugus Tugas kota Pare-Pare di Provinsi Sulawesi Selatan dan yang ketiga di Bandara Sultan Hasanuddin sebelum check in. Dengan surat ini, bisa dibilang 50% dari prosedur perjalanan di era new normal sudah dikantongi. 

2. Legalisir Surat Keterangan Hasil Rapid Test 


Apakah setelah memiliki Surat Keterangan Hasil Rapid Test kita sudah bisa melenggang dengan bebasnya? Tunggu dulu Ferguso! Meski di surat keterangan tersebut sudah ada tanda tangan dokter dan penanggung jawab di rumah sakit tempat kita memeriksa, surat keterangan tersebut harus di legalisir di posko Gugus Tugas. Ada stempel, ada paraf, perlu ngantri. Gak ribet-ribet banget sih, cuman ngantrinya itu loh. Sudah panjang, rame dan kadang orang-orang yang pengen melegalisir gak ngerti ngantri dengan tatanan baru. Jaga jarak mas bro...!! Gak heran tentara perlu diturunkan untuk menertibkan antrian.  



3. Memiliki Akun di  Aplikasi eHAC Indonesia 

Ini dia yang paliiiiiingggggg memakan waktu selain legalisir surat keteranga hasil rapid test. Aplikasi eHAC Indonesia atau electronic Indonesia Health Alert Card. Setiap penumpang penerbangan diwajibkan mengisi data diri dan data perjalanan dari dan menuju ke mana melalui aplikasi ini. Untuk calon penumpang yang gak gatek sih bisa dengan mudah dan cepat. Toh bisa diisi sebelum tiba di bandara. 

Sementara untuk pejalan dari era kolonial, urusan aplikasi di gadget bisa memakan waktu lama selain memang kurang paham. Di bandara Gorontalo, petugasnya masih mau ngebantuin mengisi data di aplikasi. Tetapi di bandara Hasanuddin Makassar, sebelum masuk ke antrian tentara yang bertugas sudah memeriksa dan tidak membantu mengisi aplikasi Hanya memberi instruksi harus mendownload di mana. Sisanya ya sesuai kemampuan Anda.  

eHAC


Aku bersyukur meski berusia 42, aku gak gaptek gaptek amat dan masih lincah untuk urusan technology. Berhubung saat perjalanan dinas aku bersama rombongan dimana aku yang paling muda, akhirnya aku yang mengisikan data para peserta perjalanan dinas melalui satu akun saja. Ini tentu saja memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah cukup membuat satu akun saja di aplikasi eHAC. Satu orang yang memiliki akun adalah pelancong utama dan selebihnya menjadi pengikut dengan status yang disesuaikan, apakah keluarga, kenalan atau travel agent. Kekurangannya adalah, pada saat antri keluar dari bandara yang dituju, peserta yang datanya ada di aplikasi tersebut sebaiknya harus berendengan. Jika terpisah, maka akan memperlambat proses antri keluar. Kasian yang ngantri di belakang kita. 

4. Sediakan Waktu Untuk Mengantri dan Check In di Bandara  

Traveling di era new normal memang berbeda. Dulu kita bisa tiba di bandara selambat-lambatnya sejam sebelum berangkat. Itu juga belum check in, belum masukin bagasi. Sekarang, tunggu dulu Markonah! Pelancong setidaknya harus berada di bandara paling lambat dua hingga tiga jam sebelumnya. Antrian yang mengular, proses pengecekan surat-surat untuk izin terbang dan proses check in pun kini memerlukan surat rapid test yang sudah dilegalisir segala. 




Meski ada kemungkinan dipersilahkan memotong antrian untuk penerbangan yang sudah sejam lagi akan boarding, tetapi tetap saja ada kemungkinan telat di bagian check in penerbangan especially jika kamu punya bagasi. So, make sure to spare some time. 

5. Membawa Masker dan Hand Sanitizer 

Ini penting, PENTING BANGET! Berada dalam ruangan tertutup ber AC selama lebih kurang 2 hingga 3 jam di pesawat, bahkan di ruang tunggu bandara, kita mau gak mau bersama dengan sekumpulan orang-orang yang belum tentu peduli dengan protokol kesehatan. Kebanyakan orang memang membawa masker, tapi menggunakannya secara baik dan benar belum tentu. Tidak semua orang juga dalam keadaan sehat. 

Meski tidak diperlihatkan, bisa jadi karena takut diseret ke ruang karantina, ada juga loh pelancong yang batuk dan pilek. Mereka tidak semuanya menghalangi batuk dan bersinnya dari orang-orang dengan cara menutupi dengan masker atau tissue. Lebih banyak batuk dan bersin sesukanya aja, malah membuka maskernya. Tangan pun tidak dibersihkan setelahnya. Jadinya, kita yang benar-benar extra hati-hati dengan selalu jaga jarak, menggunakan masker, ganti masker jika sudah batuk, bersin atau sudah lebih dari 8 jam. Sering-sering cuci tangan atau membersihkan dengan hand sanitizer. It seems a little paranoid, but believe me it helps. 



Nah, itu dia 5 hal yang perlu dipersiapkan saat traveling di era new normal berdasarkan pengalaman aku. Kamu punya pengalaman juga? Yuk, share tips kamu di kolom komentar!  

Komentar

  1. Itulah kenapa aku decide utk stop dulu traveling mba. Aku udh baca prosedur di bandara skr ribet dan makan waktu. Trutama yg tes itu sih, lumayan juga harganya. Mending aku sabar dulu sampe pandemi reda sih. Baru ntr traveling lg

    Skr ini supaya ga stress2 banget, aku LBH milih jalan yg bisa ditempuh mobil pribadi aja. Jd ga jauh2 sih sbnrnya. Yg naik pesawat aku msh takut. Apalagi ada anak kecil di rumah. :( ..

    Tapi jadi tau nih kalo misalnya ada keperluan mendadak yg harus naik pesawat, harus ngapain :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba.. ini juga memberanikan diri karena urusan dinas pekerjaan. Kalau urusan pribadi, kayaknya mikir-mikir juga sih. Tetap sehat ya mba..

      Hapus
  2. Banyak juga ya yang harus dipersiapkan terutama berbagai dokumen kalau kita sehat. Ribet sih sebenarnya, tapi gimana lagi. Kan harus sesuai aturan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul! Apa jadinya jika tidak ada aturan. Ini demi keselamatan kita semua.

      Hapus
  3. wah skrang cuman perlu surat keterangan bebas covid aja ya kak? nggak perlu surat ada urusan apa untuk pergi ke tempat tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada surat keterangan bebas covid itu ada keterangan keperluan apa. Saat membuat suratnya pun disertakan surat tugas mba. Aku juga tetap bawa surat tugas dan ID card pegawai. Ini sewaktu-waktu diminta oleh tim pemeriksa di bandara.

      Hapus
  4. salah fokus sama angka 42, tapi gitu saya lirik ke foto yang ada di sidebar, sayaaa tak percayaaaa,, kwkw...

    untuk akun eHAC Indonesia ini saya baru tau mbak, jadi persiapan nanti kalau mau travelling

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. beneran saya 42 tahun. Maunya 14 tahun sih, tapi yaah gimana. Akun eHAC ini juga berlaku untuk perjalanan ke luar negeri. Memang banyak yang belum tahu, jadi antrian makin mengular karena harus download dan isi data di aplikasi. Better be prepared sebelumnya.

      Hapus
  5. Nice info mbak.. Sangat berguna jika aku nanti mau berpergian. Thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mas Dodo. Semoga tetap sehat dan selamat.

      Hapus
  6. Halo mba.

    Memang ya kalau pergi dengan pesawat pasti ribet di bandara. Cek ini cek itu.
    Tidak lupa jaga kesehatan mba. Istirahat cukup, makan makanan bergizi, minum vitamin. Hehe. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, jaga kebersihan diri juga. Selalu rajin cuci tangan dan pake masker.

      Hapus
  7. hiks, dengan ribetnya aturan ini itu, kayaknya saat ini nggak pergi jauh jauh dulu mbak, dikit dikit harus rapid.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang beberapa maskapai seperti Lion dan Citylink bisa beli tiket pesawat include dengan rapid testnya. Gak tau deh, memudahkan atau malah memperparah keadaan. Kalau memang gak perlu-perlu banget banget ya sudah gak usah ke mana-mana dulu mba.

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.