Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

Mengenang BJ Habibie, Goodbye Mr.Crack. We Love You 3000

Eyang Habibie, begitu almarhum kerap disebut oleh jutaan rakyat Indonesia, namun saya memilih menyebutnya Prof Habibie. Bukan karena tidak tidak sayang, lebih karena menghargai almarhum sebagai teknorat. Pemimpin yang mempunyai visi agar Indonesia tidak sekedar menjadi negara agraris, tapi bisa memimpin di sektor pembangunan dan teknologi.




Mengenang Prof. Dr. Ing. H.. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng, We Love You 3000


Prof Baharuddin Jusuf Habibie memiliki panggilan kecil 'Rudi' ini, sudah baku menjadi standar kecerdasan se Indonesia Raya. Anak mana di era gue yang lahir sebagai generasi X yang gak pernah dengar wejangan,"... supaya pinter kayak pak Habibie." Everyone is look up to him. Semua orangtua pengen anaknya secerdas beliau. Anak-anak banyak yang bermimpi, suatu hari bisa membuat pesawat atau setidaknya bisa kuliah di luar negeri.

Prof Habibie meraih gelar doktornya di Jerman, memiliki karier cemerlang di negeri orang sekaligus menemukan teori crack propagation on random atau disebut sebagai teori Habibie. Karenanya Prof Habibie pun dijuluki Mr. Crack di mata ilmuwan dunia. Wih, merinding aku.  Menuntas master degree aja yang membuat riset berdasarkan teori atau model yang dibuat orang lain saja bagi gue itu gak mudah.  Banyak orang yang memburu gelar doktor, tapi gak banyak yang bisa menghasilkan teori yang diakui internasional dan digunakan dalam dunia penerbangan. Gilaaaakkk!!
Beliau memang tidak sekedar cerdas. Beliau punya hati yang lembut, kecintaan pada Allah SWT yang besar, kasih sayang pada sesama mahluk yang dalam. Tidak ada yang tak tahu kecintaannya kepada istrinya Ainun.  Gak pernah terdengar kabar selingkuh, tak menikah lagi setelah bu Ainun pergi. Semacam bokap gue sih yang sudah bertahun-tahun ditinggal mama dan tidak menikah lagi. Coba, gimana gak banyak perempuan-perempuan berharap disetiain sampai mati?

Pun begitu dengan karirnya. Tak ada yang memungkiri beliau tak pernah keluar jalur dan berbuat curang pada masa jabatannya. Meski kita tak bisa mengukur kecintaan almarhum pada Tuhannya, namun dari sikap dan sosoknya terpancar indahnya keimanannya. Kebaikan hatinya, ketulusan niatnya.

What I Learn from BJ Habibie 


Pepatah mengatakan, Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Prof BJ Habibie sudah meninggalkan ilmu, dedikasi dan kerja cerdasnya, sedekahnya yang tak terlihat, harta jariyah yang terkenang sepanjang masa. Beliau harusnya bisa bekerja di Jerman, mengeksplor passionnya di bidang teknologi, hidup nyaman,tapi tidak! Beliau mau saja pulang kembali ke Indonesia memenuhi panggilan negara. Membangun Indonesia, menjadikannya lebih baik, meskipun kadang tidak sejalan dengan pemimpin nomer satu. 

"Saya sering protes itu pada pak Harto. Ini gak bener. Kok begini?" Almarhum bercerita mengenai 'konfrontasi'nya dengan pimpinannya saat itu mengenai Dewan Moneter di acara ILC TV One.

"Pak Harto mengatakan,"sambungnya,"Sudah deh.. kamu pikirkan industri aja, teknologi karena ini bukan soal kamu. " Beliau lanjut berkisah bahwa jika ia ngotot maka pak Harto akan bilang begini,"Habibie, kamu berpendapat demikian. It's ok. Kalau memang Allah menghendaki, suatu hari kamu memimpin Indonesia. Silahkan buat! Tapi sekarang, saya yang memimpin. Kamu laksanakan sesuai apa yang saya katakan tersebut!"

Apakah dia memberontak? Oh.. enggak. Meski tak sejalan, beliau masih menghormati pimpinannya dan tetap memberi saran jika diminta. Apa yang gue pelajari dari sini? Kita boleh tidak sepemikiran dengan atasan, namun tetap bekerja sesuai aturan dan memberikan sumbangsih. Adu argumen boleh, cooperative, tetap dijaga.

Takdirnya, beliau akhirnya memimpin Indonesia di masa transisi. Semua pemikiran dan usulannya yang kepentok di pimpinannya, dia kerjakan satu-satu. Pandangannya yang sangat visioner mungkin tidak semua bisa diterima oleh kebanyakan orang pada jaman itu. Apalagi beliau tampaknya sangat praktis, kalau memang tidak perlu kenapa harus diadakan? Kalau memang tidak salah, kenapa harus ditahan? Semuanya penuh perhitungan layaknya orang Teknik yang mungkin bagi sebagian orang terlihat kaku dan menantang arus. Hey.. he's just being fair.

Beliau membebaskan tahanan politik, membuka keran pers, mengeluarkan gubernur Bank Indonesia dari kabinet, menekan inflasi dan mencoba meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Menjadi pemimpin di saat tenang saja tidak mudah. Bisa dibayangkan menjabat di kala suasana tidak kondusif. Tantangan pasti ada, kritikan dan penolakan tidak bisa dielakkan. Berat.

Tetap saja beliau maju dan mampu membuat Indonesia menjadi lebih baik di kala sulit meskipun hanya sebentar masa tugasnya. Laporan pertanggungjawaban ditolak MPR. Beliau merasa gagal meyakinkan para wakil rakyat."Bukan mereka yang salah, tapi saya yang tidak bisa meyakinkan mereka."

Beliau memilih tidak mencalonkan diri menjadi Presiden. Beliau mundur bukan karena cemen, bukan karena ngambek. Beliau berpikir, jika laporan pertanggungjawabannya ditolak  itu berarti dia dianggap tidak dipercaya untuk memimpin bangsa. "Saya ini teknorat, bukan politikus." Beliau mundur, karena tahu diri, masih ada cara lain untuk membangun Indonesia tanpa menjadi pejabat negara.

Jleb!

Gue belajar dari perjalanan karir beliau bahwa jabatan adalah tanggung jawab dan amanah. Masa transisi memang masa sulit. Era perpindahan pola lama ke pola baru dimana akan ada banyak orang yang sudah merasa nyaman dengan keadaan tertentu merasa terganggu dengan kebijakan baru. Gue menyimak kisah dari mantan ajudan dan pengawal almarhum saat menjabat sebagai Presiden, bahwa beliau banyak menerima bujukan harta tahta dan wanita serta kecaman hingga berniat untuk meracuni makanan beliau. Bisa jadi mungkin ada yang mengirim ilmu hitam juga? Wagelaseh.. !

Beliau jalan terus dengan pemikirannya dan dia percaya dengan caranya dia bisa membuat Indonesia lebih baik. Namun ketika sudah tidak dipercaya, dianggap tidak bisa mengemban amanah, dianggap tidak mampu menjabat, mengapa harus ngotot untuk mendapatkannya kembali. Iyah, terkadang kita harus mundur secara elegan, untuk maju dua langkah secara ksatria. Toh beliau tidak pernah meminta jabatan sebagai Presiden. Jabatan itu datang begitu saja sah secara hukum meskipun pihak oposisi menganggap Prof BJ Habibie tidak pantas sebagai Presiden.

Hari ini saat pemakaman, beliau membuktikan bahwa masa jabatan satu setengah tahun sebagai Presiden lebih bermakna mendalam bagi semua lapisan masyarakat Indonesia. Sosoknya terasa dekat meskipun gue yakin gak semua dari kita pernah bertemu beliau semasa hidupnya. Gue juga enggak, tapi sumpah mata gue berkaca-kaca bahkan sampai nangis hanya karena mengingat bahwa Prof BJ Habibie sudah meninggal. Mendengar kesan-kesan dari orang yang pernah bekerja sama dengan almarhum. Betapa dalam kesan yang tertinggal, mulai dari beliau adalah orang yang humble, suka tersenyum pada siapa saja, lembut dalam bertutur kata, suka mempelajari hal baru dan tidak takut belajar hal yang tidak diketahuinya bahkan pada orang yang lebih muda dibanding beliau.

Lagi lagi itu jleb banget bagi gue. Berapa banyak diantara kita yang enggan mengaku tak tahu hanya untuk menjaga muka pada bawahan. Padahal menjadi petinggi bukan berarti kita tahu segalanya. Tak ada salahnya bertanya, tak ada salahnya belajar pada bawahan kita. Siapa tahu dianggap bodoh oleh bawahan sebenarnya hanya ada dalam pikiran kita. Dibanding kita sok tahu lalu kemudian salah, ya kan?

Berapa banyak juga petinggi-petinggi yang jarang senyum pada orang yang menurut mereka gak begitu penting. Gue pernah bertemu dengan seorang petinggi, yang senyumnya ramah hanya pada orang-orang tertentu. Sementara untuk sebagian yang lain senyumnya sekedar basa basi, tidak dari hati. Membandingkan senyuman Prof Habibie bersama pejabat maupun orang biasa, tak ada yang berbeda. Semuanya sama. Beliau tersenyum dari hati.

Gak usah ngeliat orang lain dulu deh, kadang gue pun jarang tersenyum karena lupa yang gue hadapi ini manusia dan bukan mesin. Gosh, it hit me hard. Meski sudah tahu dan sudah diajari sejak kecil, bahwa senyum itu sedekah paling sederhana, tetap saja terkadang karena emosi sesaat atau pikiran, entah bagaimana senyum hanya sekedarnya bahkan bisa jadi tidak sama sekali.

Semalam hingga hari ini, sejak beliau berpulang hingga jasadnya dikuburkan, betapa banyak yang membicarakan kebajikannya meskipun hanya tentang seulas senyuman saat bertemu dengan almarhum. Sungguh, saya merasa terharu sekaligus malu.

"Orang baik itu banyak yang sayang yah,"kata seorang teman gue di WA. "Kira-kira kita meninggal banyak yang doain kita juga ya?"

Goodbye Mr.Crack,  We Love You 3000

Menyimak perjalanan hidup beliau, gue merasa malu sekaligus terinspirasi. Betapa tidak malu, gue merasa belum bisa berbuat banyak dalam usia yang diberikan Allah SWT kepada gue. Gue belum banyak memberi entah harta maupun manfaat kepada sesama dari nikmat yang diberikannya. Gue malu, belum bisa menjalankan amanah jabatan sebaik beliau. Gue jadi berpikir, apakah jika saat gue meninggal akan ada yang merasa kehilangan? Apakah ada yang akan mengenang hal-hal baik gue? Gue sudah berbuat apa aja sih? Ini PR gue sebelum akhirnya berpindah dimensi ke tempat abadi. PR yang gue sendiri belum tahu apa bisa gue selesaikan dengan baik atau tidak sebelum pergi.

Ya, terkadang keindahan dunia ini membuat kita lupa bahwa hidup ini hanya sementara. Hidup yang diberikan kepada kita ini hanya sarana untuk mengumpulkan bekal di akhirat. Bahwa kemudian kita juga akan pergi,sering terlupa. Layaknya bepergian, kita juga harus punya bekal untuk perjalanan dan untuk orang-orang yang kita tinggalkan. Gue jadi mikir, apa yang sudah gue siapkan untuk itu semua?

Saat ini Prof BJ Habibie telah berbahagia. Tugasnya di dunia telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Beliau pun segera kembali bertemu dengan kekasih hatinya. Sedih, iya pasti. Seluruh rakyat Indonesia berduka, meskipun kadarnya bisa berbeda. Cara penunjukannya pun beragam. Satu hal yang pasti, entah bagaimana, kepergiannya meninggalkan kesan yang mendalam. Pelajaran yang akan teringat. Perbuatan dan pemikirannya menjadi inspirasi.

Sungguh, jika Marvel Cinematic Universe memiliki Mr. Stark yang cinta akan teknologi yang ingin membuat dunia menjadi lebih baik dan mencintai Pepper Pots hingga akhir, maka Indonesia Raya memiliki Mr. Crack a.k.a Prof. Dr. Ing. H.. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng yang berkarya dalam riset dan teknologi dan tentunya mencintai Ainun sampai mati. Both of them have passed away and both of MCU and Us, love and respect them.

Habibie pamit. Beliau tidak akan kembali layaknya Youtubers yang pamit lalu muncul lagi. No, he's forever gone but his legacy will remains. It doesn't matter how's somebody's die, but how he lives.

 Goodbye, Mr. Crack. We Love you 3000.

Komentar

  1. Turut berduka cita nih ya Mbak, semua warga indonesia sedih semua atas kehilangan beliau

    BalasHapus
  2. Bapak B. J Habibie ini menjadi salah satu tokoh yang sangat menginspirasi banget nih Mbak

    BalasHapus
  3. Semoga Bapak B. J Habibie sekarang tenang di sana bersama dengan Ibu Ainun ya

    BalasHapus
  4. kepintarannya yahud tapi lebih yahud lagi rasa cintanya pada istrinya

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.