Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

Destination Anywhere : Transit

Setengah enam pagi waktu Indonesia Bagian Barat. Lamat kudengar suara pramugari memberitahukan informasi tentang dimana pesawat kami mendarat. Masih terlalu pagi. Kubiarkan orang-orang dari belakang dan depan berbaris di aisle. Tampaknya mereka tak sabar untuk turun dari pesawat. Setak sabar mereka menghidupkan handphone mereka roda pesawat baru menjejak di landasan. Entah tak tahu atau tak mau tahu. Mungkin juga orang-orang sekarang hidup dalam masa yang terburu-buru. Jangankan turun dari pesawat, menelpon pun tak bisa menunggu.



Saat akhirnya saya berjalan ke dalam ruangan terminal, barulah langkahku memburu.Semoga masih sempat mengejar Subuh yang tertunda di udara. Mushala masih setelah ruang pengambilan bagasi. Seraya melangkah kuperhatikan  Toko-toko yang berjajar di sebelah kiriku. Saya berharap ada toko yang menjual asesories gadget. Earphone Ipodku ketinggalan. Walhasil saya harus menempa kesabaran selama di pesawat tadi.

Duduk bersebelahan dengan seorang anak yang menangis hampir sepanjang perjalanan dan bapaknya yang tidak tahu harus berbuat apa. Sungguh membuat sakit kepala. Saya hanya bisa memejamkan mata dan meruntuk,"Mengapa dalam setiap pesawat ada anak kecil yang menangis?". Dalam hati saya berdoa semoga bisa menemukan earphone untuk memfungsikan ipodku dalam perjalanan berikutnya. Sayang toko yang menyediakan perangkat itu belum buka. Tak apalah, mungkin teman seperjalananku punya. 

Setelah menunaikan subuh, saya mengirimkan pesan padanya."Punya earphone cadangan gak? Punya ku ketinggalan. Boleh dibawa?" Belum ada jawaban. Mungkin sedang mandi dan bersiap-siap. Saya pun melangkahkan kaki kembali. Kali ini ke bagian keberangkatan di lantai dua. Walau masih pagi terminal ini tak pernah sepi. Orang-orang datang dan pergi. Ada yang menunggu sambil ngopi atau sarapan pagi. Mungkin menunggu keberangkatan pesawat berikutnya. Mungkin juga menunggu jemputannya. Mungkin juga menunggu teman seperjalanannya yang belum datang juga. Seperti saya.

Hal- Hal Menarik Saat Transit 


Kami berjanji bertemu di bandara Soekarno Hatta. Tujuan kami Changi. Awalnya saya ingin mengambil penerbangan pertama. Namun officer penerbangan tidak menyarankan. "Penerbangan mbak ke Jakarta dan penerbangan kami ke Singapore hanya beda 45 menit. Minimal waktu check in itu dua jam untuk penerbangan luar negeri,"begitu kata mbak-mbaknya di telepon ramah. Baiklah, saya menurut.

Saya mengambil penerbangan kedua di jam sebelas siang. Itu berarti saya masih harus menunggu sekitar tiga jam dari sekarang. Padahal jika saya perhatikan di boarding pas yang terkirim ke email, bagi yang sudah web-check in penumpang diharapkan boarding minimal 45 menit sebelum gate board di tutup. Saat ini seharusnya pesawat sudah berangkat namun  Counter Imigrasi pun belum memperlihatkan officersnya. Oke baiklah. Now, what to do?

Terminal 3 tidak kecil tapi juga tidak terlalu besar. Tak banyak yang bisa di lakukan disini selain makan,minum dan sedikit window shopping. Saya menemukan dua sudut dengan kursi-kursi biru dan merah teratur rapi di masing-masing sisi. Saya memilih sudut biru. Tempatnya strategis untuk memperhatikan orang-orang yang datang dari eskalator dan lift. Tempat yang nyaman untuk memperhatikan sekeliling tanpa diperhatikan. Mungkin juga tempat yang nyaman untuk sekedar rebahan bagi penumpang-penumpang bertampang arab ini. Saya tersenyum kecil. Namanya juga Snooze area. Oh well, let's give a try! 

Dari salah satu kursi biru yang lumayan empuk itu saya menyandarkan bahu dan menaikkan kaki diatas ransel. Orang-orang datang dari eskalator dan para flight attendan dari lift. Ada yang berjalan dengan santai, tertawa-tawa senang bahagia, ngobrol sana sini dan ada pula yang berlari dengan sepatu berhak sebelas senti. Dia sepertinya hampir ketinggalan pesawat. Mungkin namanya lah yang disebut-sebut sedari tadi dari pengeras suara. Takjub juga saya dengan perempuan ini. Bagi saya berjalan dengan hak sebelas senti bukan perkara mudah apalagi sambil berlari menyeret koper. Sungguh usaha manusia pada saat kepepet, Amazing!

Dua orang bapak-bapak bertampang Arab di hadapanku tampaknya tak terganggu dengan berseliwerannya massa. Mereka masih anteng tertidur. Salah satunya malah dengan mulut terbuka. Lelah sekali tampaknya. Entah mereka berasal dari mana, ini mungkin hanya tempat persinggahan semata. Persinggahan yang lumayan lama. Cukup membuat mereka tertidur bersandarkan kursi dan AC yang nyaman. Sementara tidak jauh di seberangku ada pasangan berusia pertengahan dua puluhan. Sang perempuan menggunakan baju tanpa lengan dan rok mini sementara sang lelaki bert-shirt putih dan bercelana jeans warna biru. Tampaknya mereka pacaran. Walau mereka duduk bersisian mereka lebih perhatian pada ipad dan smartphone yang ada di hadapan. Mungkin mereka berpikir,"Pacar selalu ada kok, tapi gadget gw kan bisa saja lowbat." Ya kalee...

Perhatian saya teralihkan pada enam orang yang datang hampir bersamaan. Empat  perempuan dan dua lelaki. Dua perempuan bercelana hotpants, tshirt kutung, kacamata dan jaket yang hanya dipegang tampak seru mengobrol dan tertawa-tawa duduk berbeda satu kursi di sebelah kananku. Seorang teman lelaki mereka hanya mendengarkan. Dia mengenakan  celana selutut, t-shirt dan ransel mungil di punggungnya. Tampaknya mereka akan liburan juga. Sementara satu perempuan yang lain memilih duduk satu kursi di seberangku bersama dua lelaki tadi. Tak banyak bicara, dia hanya memperhatikan smartphonenya sesekali.

Dua lelaki di sebelahnya tampak sibuk dengan ransel dan bawaan mereka. Mereka membicarakan sesuatu lalu kemudian masing-masing mengemasi barang bawaannya. Salah seorang diantara mereka membawa kamera. Kamera yang biasa dipakai reporter TV. Saya jadi teringat kerjaan di kantor. Ah, tidak boleh! Ini liburan. Saatnya mendelete sejenak apapun yang ada kaitannya dengan kerjaan. 

Tak berapa lama pengumuman pintu boarding untuk pesawat menuju Singapore terdengar. Ke enam orang  dan sepasang kekasih tadi beranjak. Saya menyipitkan mata seakan orang yang membacakan pengumuman tadi ada di hadapan. "This is more than an hour late. Saya sebenarnya bisa naik pesawat ini daripada menunggu pesawat kedua yang masih lama." Tentu saja tak ada reaksi. Saya pun hanya sekedar mengutarakan "i-wish-i-could" saja dan tidak berniat komplain. Saya hanya bisa manyun sejenak. Semanyun perempuan yang tadi duduk di seberangku bersama dua teman lelakinya.

Dia berdiri dan melintas di hadapanku. Baju hitam lengan pendek berbordir putih logo sebuah tv tersanding di lengan kanannya. Ah,mbak reporter mau liputan jalan-jalan ke Singapore ya? Ayo dong yang semangat.. Atau mau saya gantiin? Dan diapun berlalu dengan tampang malas-malasan itu. Mungkin masih ngantuk, mungkin juga capek.

... Karena Transit Itu Hanya Persinggahan Sementara


Orang-orang datang dan pergi dari sudut kursi biru. Ketika bapak-bapak Arab itu akhirnya bangun, petugas kebersihan mulai menyapu. Saya pun mulai terkantuk-kantuk. Teman seperjalan belum datang juga. Saya jadi sedikit gelisah dan mulai bosan.

Tak ada hal lain yang menarik untuk dilakukan selain memperhatikan sekeliling. Tanpa sepengetahuan mereka saya mereka-reka kisah mereka pagi ini. Apa yang tersembunyi dari wajah-wajah di sekelilingiku. Wajah lelah, butuh tidur, wajah sumringah, wajah excited ingin berangkat, wajah emang-harus-berangkat-sama-dia-yah, wajah aku-butuh-liburan-bukannya-kerja, wajah berhiaskan keringat di dahi karena harus berlari mengejar last minute call dan wajah hei-teman-seperjalanan-kamu-dimana? 

Aku duduk dan menunggu, di ruang transit. Mungkin tanpa sepengetahuanku seseorang pun memperhatikan aku. Tak apalah, hanya untuk membunuh waktu. Sesekali seseorang harus singgah  sejenak di suatu tempat. Transit. Istirahat sejenak untuk kemudian terbang lagi. Seperti juga sesekali dalam hidup kita terdampar sesaat di suatu tempat atau di hati seseorang. Lalu kemudian sadar bahwa ini bukan tempat menetap selamanya.


Soekarno Hatta airport, April 2013


Komentar