Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

Live My Way, Traveling Ke Waerebo Cara Aku Bareng Traveloka

Sejak tahun 2022, keinginan pengen traveling mulai bergejolak. Maklum, dua tahun dengan banyak aturan dan batas-batas yang tidak boleh dilanggar gara-gara pandemi itu memang bikin gak tahan. Aku tuh pengen yang bener-bener traveling, gitu loh! Mengeksplore tempat, kuliner, budaya dan berinteraksi dengan orang lokal. Itu arti traveling yang sesungguhnya buat aku. 

Tidak hanya sekedar datang ke tempat yang sering didatangi turis, foto-foto, makan-makan, foto-foto lagi, rekam video lalu pulang kembali ke Indonesia. Aku tuh ke suatu daerah, pengen tahu banyak, pengen ngerasain pengalaman yang tidak atau jarang dirasakan oleh orang lain. 

Makanya Aku tuh kalau traveling sering males ikut tur-tur gitu. Ikutan tur itu sebenarnya gak salah sih, karena sudah terorganisir itinerary mau kemana aja, waktunya, makannya, tempat nginapnya. Pokoknya istilahnya, kita tinggal angkat koper aja. Tapi kalau aku pikir-pikir lagi, traveling mandiri itu malah lebih seru! Serunya di mana? Sini aku kasi tahu... 

Traveling Cara Aku : Traveling Mandiri Live My Way! 

Sebelumnya aku disclaimer dulu, ini tidak untuk mendiskreditkan teman-teman yang lebih nyaman traveling dengan menggunakan travel agent. Aku cuma berbagi pengalaman keseruan aku aja, selama traveling mandiri ( tanpa travel agent). 

1. Bebas Menentukan Itinerary 

Salah satu hal yang paling penting buat aku adalah aku bisa menentukan itinerary perjalanan.  Mau ke mana aja dan durasinya berapa lama di tempat itu. Terkadang ada beberapa tempat yang menurut aku tuh kurang menarik, meskipun itu dikunjungi banyak turis.  

Alih alih ke pulau Nami, Aku malah memasukkan kota Songdo ke dalam itineraryku. Gak banyak turis  yang tahu kota ini. Kota Songdo adalah 'Smart City' Korea Selatan yang  letaknya sekitar 1,5 jam naik kereta dari Seoul. Kotanya ditata sebagai kota high technology tanpa melupakan unsur alam. Disini terdapat Songdo Central Park yaitu taman kota yang mengambil konsep Central Park New York. 

Central Park Songdo

Tau dong The Triplets Daehan-Minguk-Manse yang sempat ngehits sering maen ke Songdo Central Park? Nah, Songdo Central Park ini selain tidak jauh dari apartemen mereka dan juga family friendly location banget. Selain jadi tempat syuting 'The Return of Superman', Songdo Central Park ini seringkali dijadikan lokasi syuting beberapa drama Korea, khususnya area jembatan ini. 

Aku tuh sering senyum senyum sendiri aja kalau nonton drama Korea yang ceritanya berlokasi di Seoul, terus tiba-tiba ada adegan lari-larian di jembatan ini. Gila! Jauh ya larinya! Dari Seoul ke Songdo, hehehe.. 

Nah, coba kalau aku ikut tour traveling gitu, aku mungkin gak tahu ada tempat yang menarik seperti kota Songdo ini. Ya kan? 

Selain itu, karena aku dan temanku kerja di Lembaga Penyiaran Publik, maka kami pun penasaran dengan LPP (Televisi dan Radio Pemerintah) di Korea. Mampir lah kami ke gedung KBS di Yeoido dan area DMC ( Digital Media City) di kawasan Sangam-dong. Kalau kamu nonton Reborn Rich pasti tahu dong di salah satu episodenya dibahas pembangunan kawasan DMC ini sampai kemudian ada  stasiun penyiaran MBC, SBS, tvN, Mnet, Jtbc dan jaringan televisi berlangganan lainnya. 

Simulasi Siaran TV di KBS TV

Kalau gak traveling mandiri dan susun itinerary sendiri, kayaknya gak bakal tahu duluan aku tentang tempat-tempat itu, gaes! 

2. Bebas Mengeksplore Tempat yang Dikunjungi

Ada kalanya ketika ikut tour travel, kita harus terburu-buru berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Tidak sempat menikmati suasana. Ada kalanya pula kita gak begitu sreg dengan lokasinya, pengen segera ke lokasi berikutnya tapi kok masih harus nungguin teman seperjalanan. Ini yang kadang-kadang bikin aku bete. Padahal liburan itu harusnya bisa dinikmati, kan ya?

Enaknya traveling mandiri, aku bisa menyesuaikan durasi kunjungan aku ke satu tempat. Salah satu contoh ketika mengunjungi Gyeongbokgung Palace. Istana Raja Korea jaman Joseon ini serius luas banget! Bayangkan dari istananya, rumah raja, rumah ratu, rumah selir kelas pertama, kedua, ketiga, rumah ibunya raja, rumah pangeran, rumah istri pangeran, rumah saudara-saudaranya pangeran. Pokoknya jadi bisa ngebayangin gimana capenya ibunda ratu di Under The Queen's Umbrella lari-larian dari satu bangunan ke bangunan lain demi mengumpulkan anak-anaknya. 

Under The Queen's Umbrella Palace

Aku dan teman masuk mulai pukul 1 siang, keluar pukul 5 sore. Itu juga karena ingat batas waktu penyewaan Hanbok. Padahal masih ada beberapa bangunan dan taman yang tidak kami datangi. 

3. Lebih Banyak Tahu Informasi 

Saat menyusun itineray, tentu saja aku harus punya banyak referensi. Entah itu dari tulisan di blog, video di vlog, tiktok atau IG dan buku. Termasuk juga informasi-informasi yang ada di tempat wisata. Berhubung gak pake tour guide, jadi harus lebih banyak cari tahu informasi. Alhamdulillahnya sih, di tempat-tempat wisata sudah dilengkapi dengan papan informasi. Bahasa utamanya memang bahasa Korea dengan huruf Hangeul, tapi biasanya dilengkapi dengan bahasa Inggris, Bahasa Jepang dan Mandarin. 

Taman di Belakang Istana Ratu

Biasanya juga di spot spot wisata yang besar, ada semacam petugas guidenya juga kok, gaes! Tentu saja ini berbayar. Tapi kalau aku lebih sering jalan sendiri aja, googling di internet aja. Malah waktu di Gyeongbukgung Palace aku jadi 'pendengar setia' dari rombongan tour yang kebetulan berada di tempat yang sama denganku saat itu. Untungnya mereka menerangkannya menggunakan bahasa Inggris. Jadilah saya diam-diam mendengarkan sembari mengikuti mereka berkeliling di tempat itu. Sst.. jangan dilaporin ya! 

Nonton videonya di sini Youtube Channel Vita Masli, ya! 

4. Berinteraksi dengan Warga Lokal 

Jujur saja, jika ikut grup tour itu rasanya sangat dibatasi. Entah itu dari waktu, maupun interaksi dengan warga lokal. Paling interaksinya hanya saat tawar menawar. Gak ada interaksi yang bisa membuat kita mendapatkan pengalaman seperti warga lokal. 

Nongkrong di warung tenda saat hujan makan tteobokki sambil ngobrol dengan ahjumma penjualnya, misalnya. Diajarin mengucapkan 'Dongdaemun' yang benar oleh haraboiji (kakek-kakek) saat nunggu kereta datang. Begitu juga pas nanya arah ke siswa SMA dengan bahasa campur Inggris dan Korea. Diangkatin koper oleh ahjussi ahjussi di tangga stasiun subway sampai beberapa kali diajak ngobrol pake bahasa Jepang karena dikira orang Jepang. Lucu sekaligus seru,sih! 

5. Budget Sesuai Kemampuan 

Nah, ini dia! Karena kita sudah tahu kemampuan keuangan kita, jadi kita bisa memilih tempat penginapan, makanan, moda transportasi sampai mau beli oleh-oleh di mana dan apa yang mau dibeli pun bisa. Aku malah sempat buka jastip waktu itu, hehehe. 

Penginapan bisa memilih senyaman aku aja. Seringkali aku traveling berdua teman perempuan, seperti waktu ke Singapore, Kuala Lumpur, Korea Selatan, Lombok dan Bali. Sekali waktu juga pernah ke Bali berempat dengan teman cewek juga. 

Pernah juga aku traveling sendiri aja waktu ke Bandung, Solo dan Jogja. Biasanya aku booked penginapan yang private, sekamar berdua atau sekamar berempat. Namun, pernah juga pernah coba-coba nginap di hotel kapsul waktu traveling ke Bandung. Seru sih! 

Begitu juga dengan makanannya. Kalau di dalam negeri, biasanya gak terlalu masalah. Kecuali di Bali, harus selalu nyari makanan bersertifikat Halal. Begitu juga ketika traveling ke luar negeri (selain Malaysia) itu yang harus ekstra hati-hati. Sapi, ayam, kambing pun gak aku makan kalau gak disembelih pake bismillah. 

Beberapa orang mungkin gak peduli, tapi bagi aku ini penting sekali. Biasanya ketika bergabung ke dalam satu grup tour, makanannya kan sudah disediakan atau sudah ditentukan. Traveling mandiri bisa membuatku jadi lebih bebas menentukan pilihan makananku. 

6. Lebih Sehat 

Saat aku traveling mandiri, moda transportasi yang aku pilih adalah transportasi publik. Subway/MRT atau Bus umum adalah jalan ninjaku. Gak ada tuh yang namanya private bus seperti kalau kita ikut gruo tour apalagi pake taksi atau uber. Selain biaya taksi/uber itu mahal, transportasi publik di Singapore, Malaysia dan Korea Selatan itu bersih dan terjadwal. Penumpangnya juga tertib dan gak brutal. Relatif aman,lah! 

Hanya saja, Subway/MRT dan Bus umum itu tidak bisa berhenti pas di depan tempat yang kita pengen kunjungi dong! Jarak stasiun/halte ke tempat-tempat umum itu membuat kita harus berjalan kaki. Bahkan bisa naik turun tangga. Sehari itu bisa sampai 15 ribu sampai 25 ribu langkah. Daebak banget gak? Aku kalau pulang traveling luar negeri pasti berat badan aku turun. Gimana gak turun, jalan kaki tiap hari. 

Manfaat lain dari menggunakan public transport, kita bisa 'mendalami peran' sebagai warga lokal, hehe. Jalan kaki juga bisa membuat kita lebih banyak melihat sekeliling kita yang mungkin kalau kita naik mobil atau bus pribadi bisa terlewatkan. 

Misal waktu aku ke daerah Gwanghwamun Square, aku bisa ikut merasakan kampanye kandidat presiden Korea Selatan dan melihat Kang Ho Dong (walaupun dari jauh) yang lagi syuting variety show. Gak sengaja ketemu aktor drama (waktu itu belum terkenal banget) di Ewha University dan sebelahan sama Jackson (waktu itu masih member Got 7) di subway antar terminal di Bandara Incheon. Bisa juga dengerin obrolan orang Indonesia di kereta yang mungkin gak sadar atau gak tahu aku juga orang Indonesia. Hahaha! Seru, Seru, Seru!! 

Live My Way, Traveling Ke Waerebo Cara Aku Bareng Traveloka

Sebenarnya sejak tahun 2022, aku sudah ngelist dua tempat yang pengen aku datangi di tahun 2023 ini. Jepang di musim gugur dan Labuan Bajo di musim kemarau. Pas aku lagi browsing-browsing harga tiket dan hotel untuk kedua tempat itu di Traveloka, salah seorang teman aku bilang,"Kayaknya kalau ke Labuan Bajo itu ada open tripnya, deh! Cari aja di tab Xperience di website atau aplikasi Traveloka kamu di hape." 

Mmh.. paket trip, kedengarannya cukup menggoda aku sebagai 'si paling traveling mandiri' ini. Traveling ke Labuan Bajo itu identik dengan naik kapal Phinisi dan mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya. Sebenarnya bisa aja sih, pas sudah tiba di Labuan Bajo, aku ke pelabuhannya nyari kapal yang akan berangkat. Pasti ada tuh yang kurang satu atau dua orang. Hanya saja setelah aku pikir-pikir, kok semakin ke sini aku merasa hidup itu jangan terlalu dibuat sulit lah. Kalau ada yang open trip dan masuk akal juga harganya, kenapa gak? 

Waerebo, Konservasi Warisan Budaya Asia Pasifik


Mulailah aku browsing di Xperience by Traveloka dan dapat beberapa paket trip ke Labuan Bajo. Ketika scrolling di apps Traveloka itu lah, gak sengaja terbaca 'Trip ke Waerebo". Desa Wae Rebo adalah sebuah desa yang oleh UNESCO dijadikan sebagai  konservasi warisan budaya Asia Pasifik. Lokasinya berada di pegunungan terpencil di Desa Denge, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Lokasi Kampung Satar Lenda ini sendiri berjarak kurang lebih 6 jam perjalanan menggunakan motor atau mobil dari Labuan Bajo. Duh, langsung teringat pengalaman motoran keliling Lombok berdua dengan bestie aku (cewek loh ya!). Keknya seru, nih! 

Waerebo


Apalagi buat kita yang suka traveling sehat dan bukan tipe manja. Soalnya menuju Desa Waerebo itu harus jalan kaki alias tracking beberapa kilometer di tengah hutan. Jalurnya sih cukup aman walaupun memang tidak senyaman tracking di Korea atau Jepang. Tapi lumayan banget, jalan dan nanjak di atas tanah khas hutan gitu. Wae Rebo yang berada di lembah diantara pegunungan, jadi harus berjalan kaki dengan medan bervariasi mulai dari jalanan berbatu, jalan tanah yang menanjak hingga melewati sungai dengan jembatan bambu. Namun untuk pemandangan desa di atas awan, ya boleh aja sih! 
Nah, aku tuh tahu dari nonton vlognya Leonardo Edwin di Youtube pas dia traveling sendiri ke Waerebo. Dia naik motor sewaan dari Labuan Bajo selama 6 jam sampai ke Desa Denge. Beli makan di warung pinggir jalan tapi lalu nasinya jatuh berhamburan di jalan dan gak bisa di makan lagi. Akhirnya numpang makan di rumah warga dan naik ojek dengan tarif 50 ribu sampai ke pos pertama. 

Tracking sendiri di hutan menuju desa Waerebo sekitar 1 jam 50 menit. Tiba di desa Waerebo bayar 350rb untuk biaya makan dan tidur  rame-rame dengan traveler lainnya. Turun kembali ke desa, naik gojek 50 ribu lagi. Pulangnya naik motor lagi ke Labuan Bajo. Keliatannya seru dan tidak terlalu mahal biayanya. Kepikiran banget untuk trip sendiri aja. 

Sampai kemudian ada kejadian, ban motornya kempes dua kali. Dari yang tadinya turun paling pagi dari Waerebo menjadi orang yang paling terakhir meninggalkan desa Denge. Hahaha.. Wadidaw! Kepikiran karena aku pasti selalu traveling berdua sama cewek. 

Dulu memang sempat motoran berdua keliling Lombok sampai ke Bali berdua dengan teman cewek. Tapi kan kondisi jalan Lombok dan Bali itu masih lebih tourist friendly, sementara Waerebo ini tampaknya masih sangat asli. Jalan ke desa Denge nya aja masih banyak yang berbatu-batu dengan jembatan dari kayu. Haduh haduh.. pantesan ban motor Leo sampai jebol gitu. Serem juga kalau kejadian dua cewek mendorong motor di jalan, hehehe. 

Rencanakan Liburan di Traveloka


Makanya, aku memutuskan, kali ini aku akan ambil grup trip ke Waerebo lewat Experince di Traveloka. Aku mulai menulusuri paket-paket trip di Traveloka Experience dengan kata kunci Waerebo. Lumayan banyak juga dengan pilihan harga yang beragam. Untuk trip 2 Hari 1 Malam harga berkisar antara Rp. 1.700.000 - Rp. 2.550.000 tergantung fasilitasnya.  

Trip ke Waerebo


Bagusnya Xperience by Traveloka ini, selain ada informasi tentang tempat wisata tersebut juga dilengkapidengan apa yang akan kita lihat dan lakukan di tempat itu, itinerary yang jelas, fasilitas yang didapatkan termasuk juga review dari traveler-traveler lain yang sudah pernah mencoba paket trip Xperience tersebut. Tinggal tentukan tanggal kedatangan dan selesaikan transaksi pembayaran semudah kita beli tiket atau pesan hotel di Traveloka. 

Nah, mudahnya lagi, aku tuh bisa sekalian booking tiket dari Makassar-Bali- Labuan Bajo pulang pergi sekaligus pesan hotel di Labuan Bajo di Traveloka juga.  Biasanya juga Traveloka itu ada kupon atau kode voucher untuk diskon tiket pesawat atau hotel. Mantap banget kan? Lumayan bisa hemat dipake jajan di bandara, hehehe. 


Tiket ke Labuan Bajo


Kalau semudah ini sih, kayaknya aku akan ikut grup trip aja lewat Xperience Traveloka. Gak melulu harus full traveling mandiri. Prinsip aku sih, ikuti kata hati aja jalani hidup dengan cara kamu sendiri #LiveYourWay kalau memang lokasi yang kita tuju masih 'pure' gak ada salahnya kok pesan trip dan rasakan traveling bareng di Xperience Traveloka. 

Toh, paketnya juga ada acara bebasnya di desa Waerebo. Selain bisa menikmati indahnya alam ciptaan Allah SWT. aku juga bisa berinteraksi dengan warga lokal dan sesama traveler pula dengan pilihan travel agent yang terpercaya di Traveloka. Sesekali jalan rame-rame, kayaknya seru juga, ya kan? 

Gitu deh, cara aku traveling. Kamu sudah ada rencana traveling tahun ini? Pastinya lebih seru rencanakan liburan di Traveloka dong! Yuk, share di kolom komen ya rencana kamu! 


Komentar

  1. Solo travelling memang lebih nyaman kadang apalagi sambil mengunjungi daerah yang disukai. Kadang butuh kedamaian, bebas melakukan ini itu, lebih nikmatin lha pokoknya kalau sendiri. Mantep ke Waerebo, pliss ini udah pernah ke Korea apalagi ada di KBS, so proud of you!

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.