Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

Mr. Big in Makassar, Once Upon A Time ...

That was Saturday night, a cloudy one, when i ran into Trans Mall Studio. Saya dan seorang teman dalam antrian berdoa saja semoga tidak hujan dan kami akan baik-baik saja diantara ribuan orang ini. Yes, This was my first ROCK International show. Mr. BIG is coming to town.. Kapan lagi menyaksikan legenda band rock ini di Makassar dengan sepatu platform boot 9 centimenter?

Yah.. gini deh cerita awalnya..
Sebenarnya saya memang berencana nonton Mr.BIG jauh-jauh hari. Sudah janjian sana sini dengan geng nonton konser/gig music ternyata malah batal dengan berbagai macam alasan. Daripada bete sendiri mending jalan di mall dengan Ratu Jinjing, one of my friends yg gak begitu into Mr.Big. Karena rencananya mau ke Mall sehabis siaran tentu saja sepatu yg dipakai sepatu gaya. Yah itu dia, si blue platform boot 9 sentimeter itu lah yang di kenakan. Di Venue begitu tiba-tiba si Ratu Jinjing setuju saja saya pengaruhi nonton Mr.Big gak sempat ganti sepatu langsung beli tiket, ngantri dan tadaaaaa... there i was with 7000 hundreds people.. Pffiuh.. Gila banyak juga yang nonton.. Bisa di bilang semacam acara reuni, ketemu sama senior-senior sampai para ababil.. Heeey?? Ababil?? Apa mereka pikir ini nonton Dasyat off air? Well, dont underestimated dulu aja kali yahh..




Penampilan Mr.BIG di buka dengan lagu Daddy, Brother, Lover, Little Boy. Gak banyak yang tahu lagu ini. Untungnya panitia jeli juga. Dua big screen di kiri dan kanan panggung tidak saja di gunakan untuk mempermudah penonton yang jauh dari panggung menyaksikan aksi panggung Mr. Big tapi juga di gunakan menampilkan lirik dari lagu yang dibawakan. Penonton mulai bernyanyi bersama, walaupun terkadang masih ada yang meraba-raba nada. Gak apa-apa.. Sok asik itu gak masalah, yang penting tidak menganggu penonton lain. 

Lagu berikutnya Alive and Kicking masih kurang "ring a bell" untuk penonton yang saya yakin gak semua Mr.Big mania ini. Barulah pada lagu ke tiga Green Tinted Sixties Mind dari album pertama mereka para penonton jadul khususnya cowo-cowo nyanyi sambil lompat-lompatan. Tanpa banyak basi basi Eric Martin and the gang perform lagu dari album terbaru mereka What If yang di rilis tahun 2010 berjudul "Undertow" disusul dengan American Beauty. Untuk kalangan muda lagu ini di sambut baik sementara yang era 90-an agak-agak bengong. Hehehehehe

Eric Martin walaupun sudah keliatan gendut tapi suaranya masih tetap ber-power itu sempat keteteran di lagu Take Cover. Sebelum masuk ke lagu berikutnya Eric sempat ngobrol-ngobrol sedikit dengan para penonton. "Who's falling in love?" tanyanya. Kalau sudah merasakan jatuh cinta pasti merasakan patah hati. Ternyata itu adalah intro pancingan untuk intro lagu yang akhirnya membuat para penonton serasa karaoke berjamaah..Just Take My Heart was one of the waiting song by the fans that night. Tua muda,edisi 90's hingga ababil bernyanyi bersama Eric.. "Just Take My Heart.."

Para penonton tentunya sudah berharap akan di suguhi lagu-lagu berikutnya yang akrab di telinga mereka. Sebut saja Nothing But Love,Goin' Where The Wind Blows,Seven Impossible Days,atau Not One Night. Sayangnya, entah saya berada di crowd yang salah atau memang penonton Makassar kurang akrab dengan hits Mr. Big yang lain, mereka agak kecewa dengan lagu-lagu setelah Just Take My Heart. Once Upon A Time, Anything For You, A Little To Loose, Road To Ruin, Temperamental, Still Aint Enough For Me, Price You Gotta Pay dan Take A Walk lewat tanpa antusias yang luar biasa. Solo Jamming dari Paul Gilbert yang keren banget malah bisa memberi nuansa tersendiri bagi penonton yang kurang familiar dengan lagu-lagu dari album What If, album terakhir Mr.Big. Solo performance Paul Gilbert ini benar-benar memperlihatkan kualitas pemusik kelas dunia yang cuma bisa di dapatkan selain dari skill juga dari pengalaman puluhan tahun main dari panggung ke panggung. 

Malam itu sebenarnya bertepatan dengan peristiwa alam Gerhana Bulan Total. Sayangnya karena mendung yang gak mau pergi, penampakan gerhana tidak begitu diperhatikan oleh para penonton. Saya yang terus terang agak pegel karena heels sembilan senti itu ( masih ingat??) sering mengalihkan perhatian ke sekeliling. Salah satunya ke langit malam. Gila, kalau saja malam itu cuaca cerah pasti lebih pas. Apalagi saat Mr. BIG mengumandangkan "Promise Her The Moon". Sekali lagi lagu ini membuat penonton berkaraoke berjamaah lagi akan terasa lebih pas. 

Hujan mulai turun rintik-rintik saat  Eric Martin sempat berganti baju. Saat ia silam di belakang panggung Billy Sheehan memamerkan kebolehannya unjuk gigi dengan Bass-nya. Gak mau kalah dia dengan Paul Gilbert. Satu-satunya yang tidak solo performance malam itu adalah Pat Torpey sang drummer. Tapi ternyata dia bisa nyanyi juga loh. Actually mereka bertiga ini sempat semi acapella di panggung saat Eric beristirahat di belakang panggung. Awesome! Gak nyangka saya. Around The World, As Far As I Can See dan akhirnya Eric kembali dengan Addicted To Rush. Setelah lagu ini Eric berpamitan dan ber"pura-pura" menutup pertunjukan malam ini. 

It was a trick, yeah we knew it! Maka jadilah koor ' WE WANT MORE" mengajak mereka kembali ke panggung membawakan lagu TO BE WITH YOU disusul WILD WORLD. Oh yeah, it was awesome. Sayangnya lagu Going Where The Wind Blows atau Seven Impossible Days tidak ada dalam list mereka. Malah Colorado Bulldog dan Smoke on The Water jadi lagu penutup mereka malam itu. Di lagu terakhir ini mereka sempat berganti role. Eric menjadi gitaris, Paul bergeser ke belakang bermain drum sementara Pat mengganti posisi Billy dan Billy si-The-Real-Tuan-Besar ini menjadi Vokalis. 

It was awesome though. Sekitar 20-an lagu dengan kwalitas kelas dunia menjadi tontonan tersendiri bagi masyarakat Makassar. Katanya sih, untuk ukuran kota di luar Jakarta, penonton Makassar yang paling anteng. Bahkan Eric Martin pun sempat bertanya di panggung " Hey, I thought this is a rock show. Why are you so quiet?" 

*Nyengir*

Tapi paling tidak Eric bener bener ingin mengakrabkan diri dengan penonton. Buktinya sambil muji-muji dia bilang "I love to say "Makassar." Memang berulang kali dia menyebutkan Makassar dan menganggap nama ini unik terdengar dan enak diucapkan. Ah masa sih?? Gak apalah untuk menyenangkan hati tuan rumah. Asalkan kapan-kapan gak salah shout out lagi seperti saat dia bilang " How You Doing Makassar?? Can I Hear a Halleluya?"

Dan penonton bengong.. Maksud lo? Apa gak di kasih tahu panitia orang Makassar kebanyakan beragama apa?

Well anyway, suksesnya penyelenggaraan konser ini di Makassar mudah-mudahan membuat Event Organizer dan band dunia percaya bahwa Makassar sudah bisa menjadi venue tontonan kelas dunia. Semoga juga dikemudian hari si Eric atau Paul bisa bilang gini ke penerusnya, "Once Upon A Time, We played in Makassar and it was awesome!" 

Yah.. se-awesome jempol saya yang sedikit keram karena 2 jam berdiri dengan heels 9 senti..

Yeaahh I Rock!!


Komentar

Posting Komentar

Silahkan share postingan ini jika suka, tapi.. jangan dicopas ya. Semua komentar dimoderisasi terlebih dahulu. Komen dengan link hidup, mohon maaf tidak saya approve. A happy reader is one of my excitement of being blogger. Terima kasih sudah berkunjung.