Saya menepi sebentar dari keriuhan kota Makassar. Mengunjungi rumah seorang sahabat lama di daerah Pabrik Kertas Gowa. Sepulang dari sana ketika hendak kembali ke Makassar saya mampir ke tempat ini. Satu situs bersejarah Kerajaan Gowa yang terletak di pusat kota kabupatenGowa, Sungguminasa. Sebenarnya tempat ini sudah lama berdiri. Tapi baru hari ini saya bersama teman-teman berniat mengunjungi.
Oiya, namanya Museum Balla Lompoa.
Suatu Hari di Museum Balla Lompoa
Museum Balla Lompoa berada di Jalan Sultan Hasanuddin No. 48 Sungguminasa, Somba Opu, Kabupaten Gowa. Tidak seberapa jauh dari Makassar. Didirikan puluhan tahun yang lalu, Museum ini sedang dalam masa revitalisasi. Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa menargetkan melaksanakan revitalisasi tahap II Balla Lompoa dengan anggaran senilai Rp 10 miliar. Di atas lahan seluas 2,6 hektare (ha) Istana Peninggalan Kerajaan Gowa tersebut diproyeksikan menjadi rumah kayu terbesar di dunia.
Museum Balla Lompoa, Gowa |
Museum Balla Lompoa terdiri dari dua Istana besar yaitu Balla Lompoa ( Rumah Besar) dan Istana Tana Tamalatea. Balla Lompoa adalah istana asli Kerajaan Gowa yang dibangun 1936 pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-31, I Mangngi-mangngi Daeng Matutu.Di dalamnya tersimpan simbol-simbol kerajaan, seperti mahkota, senjata, payung raja, pakaian, bendera kebesaran, serta barang-barang lainnya termasuk sejumlah naskah lontara.
Sementara Tana Tamalatea ( Bumi yang tak pernah layu)adalah replika dari Istana Tamalate. Sejatinya Istana ini adalah istana pertama kerajaan Gowa sebelum dipindahkan ke dalam Benteng Somba Opu. Karena yang asli sudah terkubur masa maka pada saat Syahrul Yasin Limpo menjadi Bupati Gowa tahun 1980-an dibangunlah replikanya. Bahan dan ukurannya disesuaikan dengan aslinya berdasarkan kajian terhadap sejumlah naskah Makassar kuno (lontara) yang menceritakan tentang Istana Tamalate.
Tana Tamalatea |
Entah arsiteknya sama atau ada alasan tertentu, halaman depan kedua istana ini di buat seperti anjungan Pantai Losari Makassar lengkap dengan huruf-huruf yang mengundang di jadikan background pengunjung untuk berfoto.
Dinaungi pohon Lontara dan beberapa pohon berusia cukup tua lainnya, halamannya mengundang untuk jadi tempat nongkrong menikmati sepoi-sepoi angin sambil memandang keramaian kota Sungguminasa.
Sayangnya saat saya berkunjung, walaupun pintu gerbang terbuka tetapi pintu museum memasuki kedua istana tersebut terkunci rapat. Padahal di hari libur seharusnya Museum bisa di jadikan sarana rekreasi dan pariwisata untuk mengenal budaya dibanding hanya sekedar hangout di Mall.
Jadi kalau kapan-kapan berkunjung ke Sulawesi Selatan, jangan lupa mampir sebentar ke Museum Balla Lompoa di Kabupaten Gowa. Mariki Di'...
menarik... jadi pengen ke sana.
BalasHapusArtika.. yuk mari ke mari :)
BalasHapus